SURATDOKTER.com - Beberapa pekan yang lalu terjadi resign massal dokter di Korea Selatan yang sempat ramai di media sosial X (Twitter).
Resign massal dokter di Korea Selatan ini masih berlanjut sampai sekarang tepatnya pada Kamis (29/02/2024).
Terjadinya resign massal dokter di Korea Selatan ini dipicu karena pihak pemerintah akan menambah kuota untuk dokter sebanyak 2.000 orang.
Hal ini dilakukan pemerintah sebagai tindakan pencegahan agar Korea Selatan tidak kekurangan tenaga kerja di bidang kesehatan yang mulai menua.
Baca Juga: Benarkah Praktek Misogini di Korea Selatan Sebabkan Perempuan Enggan Punya Anak?
Selain dari kurangnya tenaga kerja, meskipun Korea Selatan masuk sebagai salah satu negara maju tetapi aspek antara dokter dan pasien termasuk rendah.
Wacana yang akan dilakukan adalah membuka pendaftaran untuk sekolah kedokteran dengan kuota mahasiswa dan mahasiswi sebanyak 2.000 orang per tahun depan.
Bagi para dokter, hal tersebut bisa membuat rusaknya kualitas layanan kesehatan di Korea Selatan.
Disisi lain menurut pendukung dari rencana pemerintah, menyebutkan bahwa para dokter takut reformasi yang dilakukan akan menurunkan gaji dan status sosial mereka.
Aksi yang dilakukan oleh para dokter ini membuat banyak kegiatan kesehatan menjadi terhambat.
Seperti pengobatan kemoterapi dan operasi caesar menjadi batal ataupun tertunda.
Akibatnya pemerintah terpaksa menaikkan status kesehatan bagi masyarakat ke level paling tinggi.
Ancaman yang Dilakukan Pemerintah Korea Selatan
Bedasarkan pada Undang-undang di Korea Selatan, para dokter dilarang untuk melakukan aksi demo untuk mogok kerja.
Pihak pemerintah juga mengancam akan menangkap dan melakukan penangguhan izin praktik.