Berdasarkan sistem informasi Siskohatkes per 10 Juli 2025 pukul 16.00 Waktu Arab Saudi, tercatat sebanyak 446 jemaah wafat. Angka ini menurun dibandingkan tahun 2024, di mana total 461 jemaah dilaporkan meninggal dunia.
Dari sisi layanan farmasi, tercatat lebih dari 12 ribu pelayanan diberikan kepada jemaah. Jenis obat yang paling banyak digunakan adalah tablet kombinasi untuk mengatasi flu dan batuk.
Hal ini mencerminkan tantangan kesehatan ringan yang kerap muncul di tengah kondisi iklim dan aktivitas fisik tinggi selama ibadah.
Melihat keseluruhan data, pneumonia, tekanan darah tinggi, serta diabetes masih menjadi penyakit paling sering ditangani selama musim haji.
Ketiga kondisi ini mencerminkan pentingnya persiapan kesehatan fisik bagi calon jemaah sebelum berangkat, terutama bagi mereka yang masuk kategori lanjut usia atau memiliki penyakit bawaan.
Meskipun terjadi pembatasan dari sisi fasilitas, tim kesehatan Indonesia tetap berusaha optimal memberikan pelayanan.
Penurunan angka kematian menjadi salah satu indikator bahwa mitigasi risiko kesehatan selama haji mulai menunjukkan hasil positif.
Ke depan, peningkatan koordinasi antar pihak dan kesiapan menghadapi regulasi negara tujuan akan sangat penting dalam menunjang kualitas pelayanan ibadah haji secara menyeluruh.***
Artikel Terkait
Pengalaman Berobat ke Penang: Setelah Bertahun-Tahun Mencari Jawaban di Indonesia
Mengenal Penyakit Tiroid yang Menggangu Metabolisme: Gejala Hingga Penanganannya
Dokter Spesialis Dibutuhkan! Kejaksaan RI Buka Lowongan PPPK 2025
Tenaga Medis Multidisiplin Jadi Prioritas, PPPK Kejaksaan RI Buka 60+ Formasi
Dari Analis Laboratorium hingga Psikolog Klinis, Ini Daftar Profesi Kesehatan yang Dibuka di PPPK Kejaksaan RI 2025