Rangkaian ibadah yang padat dan memerlukan kekuatan fisik menjadikan fase wukuf hingga mabit sebagai ujian stamina bagi jemaah, terutama mereka yang lanjut usia.
Pemerintah dan tim kesehatan haji Indonesia umumnya memberikan pendampingan medis untuk memastikan setiap jemaah dalam kondisi baik selama mengikuti seluruh tahapan ini.
Selain menjaga asupan cairan dan makanan bergizi, para jemaah dianjurkan untuk beristirahat cukup di sela-sela kegiatan. Ketika mobilisasi massal terjadi, seperti saat perpindahan dari Arafah ke Muzdalifah, protokol keselamatan dan kesehatan juga harus dipatuhi agar tidak terjadi kepadatan berlebihan dan risiko penularan penyakit menular dapat ditekan.
Puncak ibadah haji bukan hanya bermakna spiritual, tetapi juga memerlukan kesiapan fisik dan koordinasi logistik yang baik. Kehadiran berbagai tokoh dan pejabat negara di tengah-tengah jemaah juga menjadi simbol dukungan pemerintah dalam memastikan pelaksanaan ibadah berjalan lancar dan tertib.
Wukuf di Arafah bukan sekadar kewajiban ritual, tetapi merupakan momentum refleksi spiritual bagi setiap muslim yang sedang berhaji.
Dengan kesiapan fisik, semangat ibadah, dan dukungan layanan yang memadai, pelaksanaan wukuf tahun ini diharapkan menjadi pengalaman berharga yang tak terlupakan.***
Artikel Terkait
Idul Adha 2025: Tata Cara Lengkap Mulai dari Niat hingga Anjuran Sunnah Sesudah Melaksanakan Sholat
Hadis dan Niat Puasa Arafah yang Dilakukan Setiap Menjelang Idul Adha
Idul Adha 2025: Apa Hukum Menjual Daging Kurban? Ini Tuntunan Al-Quran dan Hadits Rasulullah saw
Idul Adha 2025: Apa Hukum Menjual Daging Kurban? Ini Tuntunan Al-Quran dan Hadits Rasulullah saw
Blak-blakan Ungkap Alasan Visa Haji Furoda yang Tidak Terbit, Menag: Banyak Aturan Baru dari Arab Saudi