Gejala awal demam Lassa seringkali mirip dengan penyakit infeksi lainnya, seperti demam, sakit kepala, dan kelelahan. Namun, pada beberapa kasus, penyakit ini dapat berkembang menjadi kondisi yang lebih parah, termasuk perdarahan, gangguan pernapasan, dan kegagalan organ.
Salah satu komplikasi yang paling mengkhawatirkan adalah gangguan pendengaran, yang terjadi pada sekitar sepertiga pasien dan dapat bersifat permanen.
Selain itu, bagi ibu hamil yang terinfeksi, risiko keguguran sangat tinggi, dengan sekitar 95% kemungkinan janin tidak bertahan hidup.
Meskipun belum ada vaksin atau obat khusus yang disetujui untuk demam Lassa, pengobatan dengan ribavirin, sebuah obat antivirus, dapat membantu jika diberikan pada tahap awal infeksi. Selain itu, perawatan suportif seperti hidrasi dan pengelolaan gejala juga penting untuk mendukung proses penyembuhan pasien.
Dengan pengembangan vaksin yang terbukti efektif ini, harapan untuk mengurangi angka kematian dan komplikasi akibat demam Lassa semakin besar.
Baca Juga: Israel - Hamas Setuju Jeda Perang 3 Hari untuk Pemberian Vaksin Polio Bagi Anak-Anak di Gaza
Penelitian ini memberikan langkah maju yang signifikan dalam memerangi penyakit berbahaya ini dan membuka peluang untuk melindungi jutaan orang di wilayah yang terdampak.
Sebelum vaksin ini dapat digunakan pada manusia, tim peneliti berencana untuk melakukan uji coba lebih lanjut pada primata non-manusia, sebagai langkah lanjutan untuk memastikan keamanan dan efektivitas vaksin ini.***
Artikel Terkait
282 Orang Tunawisma Meninggal Karena Penggunaan Obat Fentanil
Begini Kondisi Wanita Ini Setelah 1Bulan Melakukan Operasi Transplantasi dari Organ Babi
Berbeda dengan Durian Lain, Penelitian Ungkap Durian yang Tumbuh di Cina Memiliki Nutrisi yang 'Unik'
Fladiniyah Puluhulawa, Dokter Koas yang Sempat Viral Soal Parkir Kini Berulah dan Aniaya Pegawai Gerai Makanan
Mengenal Gejala Aneurisma Otak Penyebab Kematian Dokter Azmi Fadhlih