SURATDOKTER.COM-Kota Solo dikenal sebagai kota budaya yang penuh tradisi dan keunikan daerahnya, namun dibalik keindahan panoramanya terdapat fenomena kontroversial yaitu daging anjing. Perdagangan makanan dari daging anjing telah menjadi bagian dari sejarah multigenerasi kota ini dan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari Masyarakat kota Solo.
Salah satu makanan lezat yang mengemuka dalam fenomena tersebut adalah sate jamu, yaitu sate yang terbuat dari daging anjing. Meski kontroversial, istilah tersebut sudah menjadi bagian dari tradisi kulinernya. Selama beberapa dekade, para pedagang telah menggunakan istilah ini tanpa memahami potensi implikasi sosial dan moralnya.
Fenomena ini terjadi dengan menggunakan kurang lebih 13. 000 ekor anjing yang dibunuh untuk dibawa ke pasar untuk memenuhi kebutuhan makanan tersebut. Meski sulit diterima masyarakat luas, namun perdagangan ini tetap eksis dan sulit diberantas, hingga menjadi tradisi dan bagian dari identitas kuliner kota Solo. Saat ini terdapat perdebatan etika yang rumit mengenai keberlanjutan perdagangan daging anjing. Beberapa pihak menentang praktik tersebut atas dasar kesejahteraan hewan dan norma sosial, sementara yang lain membela praktik tersebut sebagai warisan budaya yang harus dihormati.
Upaya menghentikan perdagangan daging anjing di Solo menghadapi tantangan besar. Hal ini karena daging anjing merupakan aspek budaya yang sudah mendarah daging dalam masyarakat. Mengubah paradigma ini memerlukan pendekatan yang lebih masif yang melibatkan masyarakat lokal, pemerintah, dan organisasi nirlaba untuk menciptakan pemahaman bersama dan alternatif yang lebih berkelanjutan. Untuk mengatasi fenomena ini, penting bagi masyarakat untuk membuka dialog terbuka yang menghormati perbedaan pendapat. Pendidikan tentang kesejahteraan hewan, alternatif pangan yang lebih berkelanjutan, dan nilai-nilai etika dapat menjadi langkah awal dalam menggerakkan masyarakat menuju perubahan positif.
Baca Juga: Daftar Makanan Sehat untuk Menjaga Jantung dan Pantangannya
Bahaya Makan Daging Anjing
Seperti yang terlihat pada praktik sate jamu di Kota Solo, konsumsi daging anjing menimbulkan sejumlah risiko kesehatan yang patut mendapat perhatian. Meski tradisi ini sudah menjadi bagian dari warisan kuliner kita, namun kita harus sadar bahwa konsumsi daging anjing dapat berdampak serius bagi kesehatan manusia.
Salah satu bahaya utamanya adalah penularan zoonosis, atau penyakit yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia. Jika tidak diolah dan dimasak dengan benar, daging anjing dapat menjadi sumber bakteri, virus, dan parasit yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Penyakit yang dapat terjadi antara lain tetanus, rabies, dan infeksi parasit seperti echinococcus.
-
Rabies
Rabies merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus rabies yang ditularkan melalui gigitan hewan yang terinfeksi seperti anjing. Gejala awalnya berupa demam, sakit kepala, dan kecemasan, yang kemudian dapat berkembang menjadi masalah neurologis yang serius dan fatal jika tidak ditangani dengan cepat.
-
Infeksi Salmonellosis
Makan daging anjing yang terkontaminasi virus salmonella dapat menyebabkan infeksi Salmonella. Gejala salmonellosis meliputi diare, muntah, demam, dan sakit perut. Infeksi ini sangat berbahaya, terutama bagi orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.
-
Infeksi Trichinellosis
Trichinellosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh cacing Trichinella yang terdapat pada daging kurang matang seperti daging anjing. Gejala trikinosis antara lain nyeri otot, demam, muntah, dan pembengkakan pada wajah dan kelopak mata. Infeksi ini mungkin memerlukan perawatan intensif.
Oleh karena itu, penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan risiko kesehatan yang terkait dengan konsumsi daging anjing. Edukasi tentang cara mengolah dan menyajikan makanan dengan aman, serta upaya mengurangi konsumsi daging anjing, dapat menjadi langkah efektif untuk melindungi kesehatan masyarakat secara keseluruhan. Kami berharap dengan memahami risiko yang ada, masyarakat dapat lebih bijak dalam memilih konsumsi pangan, tetap menjaga kesehatan, dan mencegah potensi penyebaran penyakit yang mengancam jiwa.***
Artikel Terkait
Kemenkes Tekankan Pentingnya Vaksinasi Anjing untuk Mengendalikan Rabies di Indonesia
Bocah 5 Tahun Tewas Terinfeksi Rabies oleh Anjing Peliharaan, Begini Seharusnya Penanganan Luka Gigitan
Resep Cantik: 10 Makanan Sehat yang Menyehatkan Kulit dari Dalam
Jenis Makanan Laut yang Bernutrisi Paling Tinggi dan Manfaatnya