SURATDOKTER.com - Intermittent fasting atau pola makan dengan jeda waktu tertentu semakin populer karena manfaatnya terhadap berat badan dan metabolisme.
Namun, riset terbaru memberikan kabar mengejutkan: puasa intermiten yang dilakukan selama 8 minggu disebut dapat memperlambat bahkan membalikkan penuaan otak hingga setara 2,5 tahun.
Temuan ini menambah daftar panjang manfaat pola makan yang sederhana namun penuh potensi bagi kesehatan tubuh.
Baca Juga: Begini Efek Intermitten Fasting Pada Hormon Wanita Di Atas 40 Tahun
Apa Itu Intermittent Fasting?
Intermittent fasting bukan sekadar diet, melainkan pengaturan waktu makan. Prinsipnya adalah memberi jeda panjang antara waktu makan untuk memberi kesempatan tubuh beristirahat dari proses pencernaan.
Ada beberapa pola yang populer, seperti 16:8 (puasa 16 jam, makan dalam 8 jam) atau 5:2 (makan normal 5 hari, membatasi kalori 2 hari dalam seminggu).
Selama fase puasa, tubuh beralih dari menggunakan glukosa menjadi lemak sebagai sumber energi. Perubahan ini memicu berbagai mekanisme biologis yang bermanfaat, termasuk perbaikan sel, pengurangan peradangan, dan peningkatan fungsi otak.
Hubungan Intermittent Fasting dengan Otak
Otak merupakan organ yang sangat sensitif terhadap pola makan. Saat tubuh berpuasa, terjadi peningkatan produksi keton sebagai bahan bakar alternatif. Keton diketahui mendukung fungsi sel saraf, meningkatkan plastisitas otak, dan melindungi dari kerusakan oksidatif.
Selain itu, puasa intermiten merangsang pelepasan brain-derived neurotrophic factor (BDNF), yaitu protein yang berperan penting dalam pembentukan memori, pembelajaran, dan perlindungan neuron.
BDNF sering disebut sebagai pupuk bagi sel saraf karena perannya dalam menjaga kesehatan otak.
Sebuah studi terbaru yang dilaporkan di jurnal neuroscience menemukan bahwa orang yang menjalani intermittent fasting selama 8 minggu mengalami perbaikan pada fungsi kognitif.
Tes pencitraan otak menunjukkan tanda-tanda penuaan otak yang lebih lambat, bahkan setara dengan “membalikkan” usia otak rata-rata 2,5 tahun.
Hasil ini tentu tidak berarti otak benar-benar kembali muda, melainkan menunjukkan perbaikan fungsi dan penurunan indikator biologis penuaan.