SURATDOKTER.com - Sound horeg kini menjadi fenomena unik di masyarakat, terutama di kalangan penggemar musik dengan dentuman keras dan speaker raksasa sebagai ciri khasnya.
Keberadaan sound horeg kerap memunculkan dua sisi pandangan yang berbeda: sebagai hiburan yang menarik sekaligus sebagai ancaman terhadap kesehatan pendengaran masyarakat.
Fenomena ini menarik perhatian dr. Fikri Mirzaputranto, spesialis Telinga, Hidung, dan Tenggorokan (THT) dari Rumah Sakit Universitas Indonesia. Dalam sebuah diskusi di kanal YouTube tvOneNews, dr. Fikri menyoroti pentingnya menjaga jarak dari sumber suara keras, seperti sound horeg, yang tingkat kebisingannya bisa mencapai angka fantastis sekitar 130 desibel (dB).
Baca Juga: Polemik Fatwa Haram Sound Horeg, MUI Pusat Soroti Dampak Kesehatan hingga Perekonomian
Menurut dr. Fikri, suara dengan intensitas 130 dB sudah masuk dalam kategori sangat keras, yang mampu menyebabkan gangguan pendengaran jika didengar dalam waktu lama atau dengan jarak yang sangat dekat.
Bukan hanya berbahaya bagi mereka yang menikmati sound horeg secara langsung, suara keras ini juga mengancam kesehatan pendengaran masyarakat umum yang tidak ikut menikmati, tetapi kebetulan berada dalam jarak dekat.
Untuk mengurangi risiko gangguan pendengaran akibat paparan suara keras ini, dr. Fikri menyarankan langkah yang paling sederhana tetapi sangat efektif, yaitu menjaga jarak yang cukup dengan sumber suara.
Menurutnya, semakin dekat posisi seseorang dengan speaker, maka semakin tinggi pula risiko gangguan pendengaran yang dapat terjadi.
Gangguan pendengaran akibat suara keras biasanya terjadi secara bertahap dan terkadang tidak langsung disadari oleh penderitanya.
Awalnya mungkin hanya terasa telinga berdengung atau merasa agak tuli sementara setelah terpapar suara keras. Namun, jika terus-menerus terpapar, kondisi ini bisa berkembang menjadi gangguan pendengaran permanen yang sulit diatasi.
Karena alasan tersebut, penting bagi masyarakat, khususnya pecinta acara dengan sound horeg, untuk lebih sadar terhadap bahaya ini. Langkah pencegahan sederhana seperti menjaga jarak minimal beberapa meter dari speaker besar bisa menjadi tindakan preventif yang sangat membantu dalam menghindari risiko gangguan pendengaran jangka panjang.
Selain menjaga jarak, masyarakat juga bisa menggunakan pelindung telinga jika memang harus berada di lingkungan dengan suara sangat keras. Langkah ini berguna untuk melindungi organ pendengaran dari dampak buruk yang lebih parah.
Baca Juga: Infeksi Telinga Otitis Eksterna: Gejala Hingga Cara Menanganinya
Kolaborasi antara penyelenggara acara, komunitas, serta pemerintah setempat juga penting agar masyarakat lebih sadar mengenai dampak negatif dari suara keras ini. Edukasi secara berkelanjutan harus diberikan agar setiap orang mampu melindungi diri dengan lebih baik saat menikmati hiburan yang melibatkan suara dengan volume tinggi seperti sound horeg.
Artikel Terkait
Adele Mendadak Tuli Sementara Pada Telinga Kiri Akibat Terinfeksi Bakteri!
Mitos atau Fakta Kalau Daun Telinga Layu Jadi Tanda Seseorang Akan Meninggal
WHO Melarang Penggunaan Cotton Bud Untuk Menghilangkan Air yang Masuk ke Liang Telinga: Begini Cara yang Aman
Hati-hati! Pakai Headset Terlalu Lama Bisa Merusak Saraf Telinga Tanpa Disadari
Polemik Fatwa Haram Sound Horeg, MUI Pusat Soroti Dampak Kesehatan hingga Perekonomian