SURATDOKTER.com - Terapi lintah telah dikenal sejak zaman kuno, digunakan dalam peradaban Mesir, Yunani, India, hingga Arab untuk mengatasi berbagai penyakit.
Pada masa itu, para ahli meyakini bahwa lintah dapat menyembuhkan berbagai gangguan kesehatan, mulai dari laringitis, masalah sistem saraf, hingga penyakit kulit.
Meskipun terdengar kuno, terapi ini terus digunakan hingga era modern dengan pendekatan yang lebih ilmiah.
Lintah merupakan hewan hematofagus, yang berarti mereka hidup dengan mengisap darah dari inangnya. Dalam terapi medis, jenis lintah yang digunakan adalah Hirudo medicinalis.
Air liur lintah ini diketahui mengandung beberapa senyawa aktif yang bermanfaat, seperti anestesi alami untuk mengurangi rasa sakit, vasodilator untuk memperlebar pembuluh darah, serta hirudin dan calin yang berfungsi mencegah pembekuan darah.
Baca Juga: Wanita Ini Menjadi Lumpuh Permanen Setelah Melakukan Terapi Chiropraktik
Manfaat Medis Terapi Lintah
Dalam dunia kedokteran modern, terapi lintah sering dimanfaatkan dalam situasi tertentu, terutama pada operasi plastik atau bedah mikro. Tujuan utamanya adalah untuk menyelamatkan jaringan atau anggota tubuh yang terancam mati akibat gangguan aliran darah.
Contohnya, dalam kasus rekonstruksi payudara pasca-mastektomi, darah yang tidak mengalir dengan baik dapat menyebabkan kongesti vena, di mana jaringan tubuh membiru atau memar.
Dengan menempelkan lintah pada area tersebut, genangan darah yang menyebabkan masalah bisa diserap.
Air liur lintah tidak hanya membantu menghilangkan darah yang terjebak, tetapi juga meningkatkan aliran darah dengan memperlebar pembuluh darah.Manfaat ini sangat penting dalam mencegah kematian jaringan.
Selain itu, beberapa penelitian menunjukkan bahwa terapi lintah dapat meningkatkan sirkulasi darah, yang berguna untuk mengatasi masalah seperti kebotakan, gangguan kardiovaskular, dan komplikasi diabetes.
Baca Juga: Penyakit Rematik Dapat Sembuh dengan Terapi Alternatif Bekam, Begini Penjelasannya!
Proses Terapi Lintah
Prosedur terapi lintah dilakukan dengan pengawasan tenaga medis. Sebelum terapi, pasien biasanya disarankan untuk menghindari nikotin dan kafein, karena kedua zat ini dapat menyempitkan pembuluh darah dan mengurangi efektivitas terapi.
Artikel Terkait
18 Oktober 2024 Hari Menopouse Sedunia : Terapi Hormon
BPJS Kesehatan Launching Buku Saku Mengenai Terapi Hemofilia
Pangeran Charles Jalani Terapi Holistik di India: Waktu Istirahat yang Menyenangkan
Mewujudkan Teori dalam Praktik Medis Lewat Terapi Gen
Mengenal Seni Penyembuhan Tradisional dengan Jarum dalam Terapi Akupuntur