SURATDOKTER.com - Tidak setiap wanita yang berhubungan seksual pertama kali akan mengalami pendarahan, seperti yang disampaikan dalam informasi kesehatan yang diterbitkan oleh National Health Service of UK.
Pendarahan atau bercak darah biasanya terjadi karena penetrasi pertama yang menembus selaput dara, yaitu lapisan tipis yang melapisi sebagian pintu masuk vagina. Meski selaput dara ini biasanya robek saat berhubungan seks, tidak selalu menyebabkan pendarahan.
Meskipun begitu, banyak pria masih menganggap bahwa keluarnya darah saat berhubungan intim pertama kali adalah indikator keperawanan pasangannya.
Oleh karena itu, penting untuk memahami fakta sebenarnya dan menghindari prasangka yang tidak berdasar terkait keperawanan.
Penjelasan Selaput Dara
Sebelum memahami lebih lanjut tentang kaitan selaput dara dengan keperawanan, penting untuk memahami apa yang dimaksud dengan selaput dara.
Baca Juga: Infeksi Vagina Usai Berhubungan Seks: Begini Tips Aman Mencegahnya
Selaput dara, atau himen, adalah lapisan tipis yang melapisi bukaan vagina. Terdapat beberapa jenis selaput dara, antara lain:
- Annular Hymen: Selaput ini membentuk lingkaran di sekitar lubang vagina.
- Septate Hymen: Selaput ini memiliki beberapa lubang terbuka.
- Cribriform Hymen: Selaput ini juga memiliki beberapa lubang terbuka, tetapi lebih kecil dan jumlahnya lebih banyak.
- Introitus: Pada perempuan yang telah berhubungan seksual, lubang selaput dapat membesar namun masih menyisakan jaringan selaput dara.
Selaput dara mengalami perubahan bentuk seiring dengan pertambahan usia. Pada anak perempuan, selaput dara berbentuk seperti bulan sabit atau donat kecil.
Umumnya berbentuk cincin dengan lubang kecil di tengah yang memungkinkan keluarnya darah menstruasi.
Selain perubahan bentuk, elastisitas selaput dara juga dapat berubah. Padd masa remaja, selaput dara cenderung menjadi lebih elastis. Ketika memasuki usia dewasa, selaput dara menjadi lebih tebal dibandingkan dengan masa remaja. Perubahan ini dipengaruhi oleh perubahan hormon, terutama hormon estrogen.
Selaput Dara vs Keperawanan
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, banyak orang masih menganggap bercak darah sebagai indikator keperawanan, meyakini bahwa perempuan yang masih perawan memiliki selaput dara yang utuh.
Namun, kenyataannya, bercak darah tidak selalu dapat dijadikan acuan untuk menentukan keperawanan seseorang, disebabkan oleh beberapa alasan berikut:
- Selaput dara tidak hanya bisa robek karena aktivitas seksual, tetapi juga karena sebab-sebab lain yang telah dijelaskan sebelumnya.
- Terdapat perempuan yang lahir tanpa selaput dara.
- Selaput dara dapat robek tanpa disertai rasa sakit atau pendarahan.
- Ada kondisi di mana perempuan tetap memiliki selaput dara yang utuh setelah berhubungan intim karena sifat elastisitas yang berlebihan.
- Terdapat pandangan keliru bahwa selaput dara yang robek akan mengeluarkan darah dalam jumlah besar, padahal sebenarnya bisa hanya menyebabkan bercak darah yang sangat sedikit hingga sulit terlihat dengan mata.
- Menurut penelitian, pendarahan akibat robeknya selaput dara saat berhubungan intim pertama kali hanya terjadi pada sebagian perempuan. Kondisi ini juga dapat dipengaruhi oleh tingkat rangsangan dan rasa takut saat berhubungan intim.
Dengan demikian, keluarnya darah saat berhubungan intim pertama kali tidak selalu menjadi indikator keperawanan.
Penting untuk terus mengedukasi diri dengan informasi yang benar dan tidak serta-merta mempercayai klaim kesehatan yang belum tentu valid.
Artikel Terkait
Hubungan Seks saat Menstruasi: Dampak dan Risikonya
Infeksi Vagina Usai Berhubungan Seks: Begini Tips Aman Mencegahnya
Ternyata Bercak Darah Bisa Jadi Tanda Kehamilan Tanpa Anda Sadari, Simak Yuk!
Keputihan Saat Hamil: Seperti Apa yang Normal dan Kapan Perlu Dikhawatirkan
Jangan Terlambat, Ketahui Cara Memberikan Pendidikan Seks Pada Anak Sejak Usia Dini