Suratsokter.com - Puskesmas adalah fasilitas kesehatan pertama yang bisa didatangi saat sakit menyerang. Penulis dan keluarga pun lebih sering ke puskesmas untuk berobat. Pada kesempatan ini, penulis akan membagi pengalaman berobat di puskesmas Surabaya.
Ada setidaknya tiga puskesmas surabaya yang pernah penulis kunjungi. Ketiga puskesmas itu tentunya ada di tiga kecamatan berbeda. Secara keseluruhan, ketiga puskesmas itu memiliki fasilitas yang baik.
Pengalaman Baik di Puskesmas Surabaya
Penulis cukup sering mengunjungi puskesmas untuk meminta surat sehat. Ya, meminta surat sehat bisa dilakukan di puskesmas. Seluruh puskesmas pasti akan melayani permintaan surat sehat.
Saat itu penulis masih bersekolah, jadi kartu identitas yang penulis tunjukkan adalah fotokopi KK. Hanya tinggal menunjukkannya pada loket dan menulis tujuan datang ke puskesmas, penulis langsung mendapat nomor antrian.
Akhirnya tiba giliran penulis untuk diperiksa. Surat sehat adalah surat yang menunjukkan jika pribadi adalah orang sehat. Jadi yang dilakukan nakes adalah mengecek berat badan, tinggi badan, dan tes buta warna. Selebih, nakes akan bertanya apakah ada keluhan atau riwayat penyakit. Dengan begitu, surat sehat bisa didapatkan di tempat. Semua berlangsung dengan praktis dan cepat karena puskesmas surabaya yang penulis kunjungi memang puskesmas yang terbilang sepi.
Ada pun pengalaman saat penulis demam selama tiga hari berturut-turut. Alur pendaftaran masih sama, tapi penulis harus mengantri cukup lama. Memang, puskesmas Surabaya yang kali itu penulis kunjungi termasuk puskesmas yang ramai. Dari percakapan pengunjung lain, penulis mendengar jika antrian loket sudah dibuka sejak jam 7 pagi.
Itu menjadi pembelajaran bagi penulis untuk selalu mengecek keadaan puskesmas yang dikunjungi terlebih dulu. Agaknya memang lebih baik pergi ke puskesmas tepat di jam buka.
Ramainya puskesmas yang penulis kunjungi saat demam membuat penulis lama menunggu. Untungnya dalam keadaan demam seperti saat itu, tempat duduk serta hawa puskesmas terbilang enak. Antriannya tertib, semua orang bisa duduk, dan ruangannya sejuk.
Selain kenyamanan dalam menunggu, puskesmas Surabaya yang penulis kunjungi saat itu memiliki nakes yang baik. Nakes yang memeriksa memeriksa keadaan dan bertanya pada penulis dengan cara yang baik dan enak di dengar. Beliau juga memberi beberapa saran penyembuhan dan saran untuk datang kembali jika demam belum turun.
Setelahnya, penulis mendapat resep obat dan bisa mengambilnya di loket. Namun karena saat itu penulis tidak membawa BPJS Kesehatan, penulis dikenai biaya Rp 25.000,-
Baca Juga: Bahaya Sunat pada Bayi Perempuan, Ada Jangka Pendek dan Panjang yang Harus Diperhatikan
Pengalaman Buruk di Puskesmas Surabaya
Mengalami dua pengalaman baik di puskesmas Surabaya membuat penulis tidak pernah berpikiran jelek tentang puskesmas. Sayangnya, pengalaman baik memang tidak selamanya selalu menyertai.
Pengalaman buruk di salah satu puskesmas Surabaya ini penulis alami saat sakit tenggorokan dan sedikit meriang. Saat itu penulis sampai kesulitan bicara, jadi memang sudah harus berobat.
Secara keseluruhan, fasilitas puskesmas tersebut baik. Namun nakes yang bertugas saat itu memberi penulis kesan tidak baik.
Mungkin karena saat itu penulis datang di sore hari, jadi tidak antrian. Penulis langsung masuk ke ruang periksa dan mendapati tiga nakes sedang bercengkrama. Bagi penulis pribadi, itu adalah hal lumrah. Setidaknya, sampai salah seorang nakes yang bahkan tidak ikut memeriksa mengeluh karena suara penulis terlalu kecil.
Sekali lagi, bagi penulis pribadi, itu adalah hal lumrah, walau memang sedikit membuat sakit hati. Lalu saat penulis meminta surat keterangan sakit, nakes tersebut malah mengomel dan bilang jika beliau tidak menyediakan surat keterangan sakit.
Artikel Terkait
Curhat di Medsos, Hasyakyla Kecewa Berobat di Rumah Sakit Premier Bintaro Saat Demam 38°