Semua orang memiliki kedudukan yang sama dan makan bersama.
Tidak hanya dilakukan ketika menyambut bulan suci Ramadhan, megibung juga kerap dilakukan dalam acara adat atau upacara keagamaan di Karangasem.
Seperti upacara dewa Yadnya, upacara Pitra Yadnya, upacara Bhuta Yadnya, upacara Manusa Yadnya, upacara Rsi Yadnya, upacara potong gigi, otonan anak, pernikahan, maulid nabi, ngaben, dll.
Tujuan utama dari tradisi megibung adalah untuk menjaga, menjunjung dan menumbuhkan kebersamaan juga kesetaraan.
Selain orang-orang yang hadir harus duduk bersila dan membentuk lingkaran secara rapi dan teratur, terdapat beberapa tata tertib lainnya yang harus diperhatikan yaitu:
1. Sebelum menyuap nasi ke dalam mulut, nasi harus dikepal terlebih dahulu menggunakan tangan baru kemudian mengambil daging dan lauk.
2. Tidak boleh ada nasi yang tercecer, jika memang ada nasi atau lauk yang terjatuh harus dibuang di daun pisang yang sudah disiapkan untuk setiap orang.
3. Minum air dari kendi dan bibir tidak boleh menentuh kendi.
4. Sele yang sudah selesai makan tidak diperbolehkan langsung meninggalkan tempat, tapi harus menunggu semua sele yang lain menyelesaikan makannya.
5. Tidak boleh bersuara seperti berbicara, bersin dan meludah sembarangan.
Sebagaimana kita ketahui bahwa tradisi megibung tidak hanya dilakukan oleh orang beragama Islam untuk menyambut bulan suci Ramadhan, tradisi ini juga dilakukan oleh agama Hindu.
Bedanya, pemeluk agama Hindu merayakan tradisi megibung menggunakan daging babi sedangkan pemeluk agama Islam merayakan tradisi megibung menggunakan daging Sapi.***
Artikel Terkait
Buah Primadona Bulan Ramadhan, Ketahui 8 Manfaat Buah Kurma Bagi Kesehatan, Salah Satunya Bisa Mencegah Alzheimer
Kenyang Lebih Lama saat Ramadhan, 5 Makanan Sehat ini Dapat Jadi Pilihan Sahur
Cara Tetap Memenuhi Kebutuhan Cairan saat Puasa Ramadhan agar Terhindar dari Dehidrasi
Malamang, Tradisi Menyambut Ramadhan di Sumatra Barat
10 Tradisi Unik Sambut Ramadhan, Salah Satunya Jadikan Rempah Sebagai Masker Wajah di Gorontalo