SURATDOKTER.com - Karbohidrat selama ini dikenal sebagai sumber energi utama tubuh. Banyak orang yang mencoba mengurangi karbohidrat untuk menurunkan berat badan, namun sebagian lainnya memilih untuk menghilangkannya sama sekali.
Cara ini terlihat efektif dalam waktu singkat, tetapi tubuh memiliki respons yang cukup kompleks ketika tidak mendapatkan karbohidrat dalam jangka panjang.
Sebagai gambaran, tubuh mengubah karbohidrat menjadi glukosa yang kemudian digunakan sebagai sumber energi di setiap sel. Ketika pasokan glukosa tidak tersedia, tubuh mulai mencari alternatif lain.
Awalnya, perubahan ini terlihat seperti strategi penurunan berat badan, tetapi dampaknya dapat menjadi masalah bila berlangsung terlalu lama.
Tubuh Masuk ke Fase Ketosis dan Memicu Kelelahan Kronis
Tanpa karbohidrat, tubuh akan beralih ke pembakaran lemak sebagai sumber energi. Proses ini disebut ketosis. Dalam durasi pendek, ketosis dapat menurunkan berat badan, tetapi bila berlangsung lama, tubuh akan berada pada kondisi stres metabolik.
Saat energi hanya berasal dari lemak, seseorang dapat merasakan:
- mudah lelah meski tidak beraktivitas berat
- pusing dan kepala terasa ringan
- sulit berkonsentrasi
- tubuh terasa seperti kehilangan tenaga dasar
Kondisi ini terjadi karena otak sebenarnya tetap membutuhkan glukosa, bukan hanya keton.
Penurunan Fungsi Otak dan Mood Swing
Otak menggunakan sekitar 20% dari total energi harian, dan sebagian besar energi itu berasal dari glukosa. Ketika pasokan glukosa hilang dalam waktu lama, otak harus menyesuaikan diri secara paksa. Pada sebagian orang, adaptasi ini menimbulkan perubahan suasana hati yang ekstrem.
Beberapa keluhan yang sering muncul meliputi:
- emosi yang naik turun
- sulit berpikir jernih
- reaksi lambat saat mengambil keputusan
- mudah tersinggung
Kondisi ini disebut juga sebagai “brain fog” atau kabut otak.
Sistem Hormonal Terganggu dan Siklus Menstruasi Tidak Stabil
Karbohidrat juga berfungsi menjaga keseimbangan hormon. Jika tubuh berada dalam defisit karbohidrat kronis, hormon stres seperti kortisol meningkat. Peningkatan kortisol berkepanjangan dapat mengganggu hormon reproduksi.
Pada perempuan, hal ini dapat berubah menjadi: