Selain itu, bila gejala GERD muncul terus-menerus atau membutuhkan obat pereda maag lebih dari dua kali dalam seminggu, sebaiknya berkonsultasi ke tenaga kesehatan untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Baca Juga: Bolehkah Penderita Gerd Mengonsumsi Vitamin D?
Faktor Risiko yang Perlu Diperhatikan
Beberapa kebiasaan dan kondisi yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami GERD. Di antaranya:
- Berat badan berlebih atau obesitas.
- Adanya hernia hiatal, yaitu kondisi ketika bagian atas lambung menonjol ke atas diafragma.
- Kehamilan, karena tekanan dari rahim bisa mendorong lambung.
- Gangguan jaringan ikat, seperti skleroderma.
- Proses pengosongan lambung yang lebih lambat dari seharusnya.
Selain itu, gaya hidup juga berperan besar dalam memperburuk gejala GERD. Kebiasaan merokok, makan larut malam, mengonsumsi makanan berlemak, gorengan, kopi, alkohol, serta penggunaan obat tertentu seperti aspirin, dapat memperburuk kondisi.
Komplikasi yang Mungkin Terjadi
Jika tidak ditangani dengan baik, peradangan kronis di kerongkongan bisa menyebabkan beberapa komplikasi serius. Misalnya:
- Radang esofagus (esofagitis) yang berakibat sulit menelan
- Penyempitan kerongkongan akibat jaringan parut, yang bisa menghambat masuknya makanan.
- Perubahan sel di lapisan bawah kerongkongan yang dikenal sebagai Barrett's esophagus, yang berisiko menjadi kanker.
Cara Mengatasi dan Mencegah GERD
Sebagian besar kasus GERD bisa diatasi dengan perubahan gaya hidup sehat, seperti:
- Menjaga berat badan ideal.
- Menghindari makanan pemicu.
- Tidak berbaring setelah makan.
- Mengurangi porsi makan, namun lebih sering.
- Kurangi minum alkohol serta kafein.
- Berhenti merokok.
Baca Juga: Benarkah Asam Lambung Gerd Hilang Dengan Akupunktur, ini Penjelasannya
Jika gejala tetap mengganggu, dokter bisa memberikan obat yang membantu menurunkan produksi asam lambung. Dalam kasus yang sangat berat, tindakan medis atau pembedahan mungkin diperlukan.
GERD bukan hanya soal nyeri di lambung, tapi juga bisa berdampak luas pada kesehatan secara keseluruhan. Dengan memahami gejalanya dan menerapkan kebiasaan hidup sehat, risiko komplikasi bisa ditekan seminimal mungkin.***