SURATDOKTER.com - Pada akun tiktok pengguna @aymanalts menanyangkan seorang wanita yang terkena xeroderma pigmentosum. Kulit wanita ini melepuh setelah terkena sinar matahari.
Hal ini seperti kisah vampir yang tidak bisa terkena sinar matahari, namun benar terjadi di dunia nyata.
Namun sebenarnya hal ini bisa dijelaskan secara medis, lebih khusus oleh dokter spesialis penyakit kulit.
Baca Juga: Penyebab Penyakit Kulit Tinea Fasialis: Jamur yang timbul di Wajah dan Cara Mengatasinya!
Benar memang wanita ini jika terkena sinar UV yang ada pada matahari akan melepuh bukan hanya pada bagian kulit, namun bisa pada mata, muka, syaraf atau bagian yang lainnya.
Apa itu Xeroderma Pigmentosum?
Xeroderma Pigmentosum (XP) adalah suatu kelainan genetik yang langka, dimana penderitanya mengalami hipersensitivitas terhadap sinar ultra violet / UV, masalah mata dan neurologis.
Hal ini terjadi karena perubahan gen (mutasi) yang diwariskan dari orang tua.
Biasanya menyerang pada bagian tubuh yang terkena sinar matahari, seperti wajah, lengan, dan bibir.
Biasany mereka yang terkena kelainan ini sudah mulai menunjukan gejalanya sejak masa kanak-kanak, bahkan akan mengalami luka di kulit seperti luka bakar hanya dengan terkena sinar matahari selama beberapa menit.
Baca Juga: Faktor Genetik Salah Satu Penyebab Penyakit Asam Urat, Ini Cara Mengobatinya
Xeroderma pigmentosum bukanlah suatu jenis kanker tapi orang dengan kelainan ini cenderung dapat berkembang memiliki kecenderungan terkena kanker.
Beberapa resiko yang mungkin dialami oleh penderita xeroderma pigmentosum, antara lain:
- Resiko 10.000 kali lebih tinggi terkena kanker kulit nonmelanoma, seperti karsinoma sel basal atau karsinoma sel skuamosa.
- Resiko 2.000 kali lebih tinggi terkena melanoma.
- Terkena astrositoma.
- Glioblastoma.
- Leukimia.
- Kanker : payudara, ginjal, paru-paru, pankreas, perut, testis, tiroid, rahim.
Xeroderma pigmentosum jarang terjadi, biasanya terjadi pada 1 dari 1 juta orang Amerika atau orang Eropa. Namun terjadi 1 diantara 22.000 orang di Jepang.
Penyakit ini juga lebih banyak terjadi di Afrika Utara dan Timur Tengah.