Langkah RS Ngoerah Denpasar yang mengembalikan para peserta koas ke universitas merupakan sinyal kuat bahwa institusi medis tidak akan menoleransi bentuk perundungan, baik di dunia nyata maupun di ranah digital.
Kematian mahasiswa Unud ini telah membuka ruang refleksi penting bagi dunia pendidikan kedokteran di tanah air.
Kasus serupa sebelumnya juga sempat terjadi di beberapa kampus kedokteran lain, menandakan bahwa persoalan tekanan akademik dan budaya senioritas berlebihan masih menjadi tantangan serius.
Kini, kampus dan rumah sakit pendidikan diharapkan memperkuat sistem pencegahan kekerasan dan pembinaan karakter agar tidak lagi muncul perilaku yang menodai nilai kemanusiaan dalam profesi medis.
Program pelatihan yang menekankan komunikasi empatik, etika pelayanan, dan kesehatan mental calon dokter menjadi hal yang sangat mendesak untuk diterapkan.
Baca Juga: 6 Rekomendasi Universitas Kedokteran dengan Reputasi Terbaik 2025
Dokter Hebat Harus Dimulai dari Karakter
Kejadian di RS Ngoerah Denpasar menjadi pengingat bahwa profesi dokter bukan hanya soal pengetahuan, tetapi juga soal hati dan nurani.
Seseorang yang kelak dipercaya menangani kehidupan orang lain harus dibentuk dengan empati, tanggung jawab moral, dan kesadaran etis sejak masa pendidikan.
Tindakan tegas terhadap pelanggaran etika seperti ini diharapkan bisa menjadi momentum bagi seluruh institusi medis untuk memperkuat nilai-nilai kemanusiaan dalam pendidikan dokter di Indonesia.***