SURATDOKTER.com - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diharapkan menjadi solusi peningkatan gizi anak sekolah justru tengah menghadapi polemik di lapangan.
Kali ini, sorotan tertuju pada penutupan dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Panakkukang 02 di Makassar, Sulawesi Selatan.
Penutupan tersebut menimbulkan efek berantai — dari hilangnya mata pencaharian puluhan pekerja hingga terhentinya distribusi makanan bagi ratusan siswa penerima manfaat.
Baca Juga: Evaluasi Program MBG: Ketua Banggar DPR Usulkan Kantin Sekolah Jadi Dapur untuk Kurangi Beban SPPG
Harga Pagu Rp6.500 per Porsi Jadi Pemicu
Dapur MBG Panakkukang diketahui berhenti beroperasi sejak akhir September 2025. Salah satu penyebabnya diduga berasal dari pagu harga Rp6.500 per porsi, yang dinilai terlalu rendah untuk memenuhi standar gizi seimbang sesuai arahan pemerintah pusat.
Mitra Badan Gizi Nasional (BGN), Arifin Gassing, menilai ketentuan harga tersebut tidak sejalan dengan arahan Presiden yang sebelumnya menekankan pentingnya kualitas gizi dalam setiap hidangan MBG.
Dengan biaya yang terbatas, pihak penyedia dapur kesulitan menjaga kualitas bahan makanan, terutama pada komponen protein hewani dan sayur segar.
Menurut sumber lapangan, dapur Panakkukang yang dikelola oleh Yayasan Tangan Fatima Bekerja selama ini mampu menyiapkan sekitar 3.500 porsi makanan setiap hari, sebelum akhirnya kegiatan produksi dihentikan total.
Puluhan Pekerja Kehilangan Penghasilan
Penutupan dapur berdampak langsung pada sekitar 50 tenaga kerja yang sebelumnya bergantung pada kegiatan operasional tersebut. Mereka terdiri dari juru masak, petugas kebersihan, serta kurir pengantar makanan ke sekolah-sekolah penerima manfaat.
Salah seorang pekerja, Sri Bulan, mengungkapkan bahwa dapur sudah berhenti beroperasi lebih dari seminggu. Ia menyebut banyak rekan kerja kini kehilangan sumber penghasilan utama, padahal sebagian besar adalah ibu rumah tangga yang menggantungkan nafkah dari program MBG sejak awal 2025.
Baca Juga: Program MBG Kemenkes: Langkah Konkret Turunkan Stunting dan Tingkatkan Gizi Anak Indonesia
Ratusan Siswa Kehilangan Akses Makanan Bergizi
Dampak lain yang paling terasa adalah terhentinya distribusi makanan bagi ratusan siswa sekolah dasar di Kecamatan Panakkukang.
Kepala UPT SPF SD Negeri Tamamaung 1, Basora, menyebut 383 siswanya kini tidak lagi menerima makanan dari program MBG.
Pihak sekolah hanya bisa pasrah dan meminta siswa membawa bekal sendiri dari rumah. Kondisi serupa pernah terjadi pada Agustus 2025, ketika distribusi MBG sempat terhenti selama dua minggu akibat kendala logistik.