news

Tanggapan UNS Soal Mahasiswi yang Lompat ke Sungai Bengawan Solo: Sudah Lakukan Pendampingan dan Rekomendasi Psikiater

Rabu, 2 Juli 2025 | 15:38 WIB
Ilustrasi uluran tangan dan pendampingan untuk seseorang yang membutuhkan bantuan

SURATDOKTER.com - Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta tengah diguncang oleh kabar seorang mahasiswi yang melakukan percobaan bunuh diri dengan melompat ke Sungai Bengawan Solo, tepatnya dari Jembatan Jurug, pada Selasa, 1 Juli 2025.

Mahasiswi tersebut berinisial DA, tercatat sebagai mahasiswa Program Studi D4 Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Sekolah Vokasi angkatan 2021.

Baca Juga: 2 Mahasiswa UGM Meninggal Setelah Kapal yang Ditumpanginya Terbalik Saat Kuliah Kerja Nyata

Informasi awal bermula dari video yang beredar di media sosial, menampilkan seorang driver ojek online menjadi saksi peristiwa tersebut.

UNS kemudian melakukan verifikasi atas peristiwa tersebut dan secara resmi mengonfirmasi bahwa pelakunya adalah DA, seperti yang disampaikan oleh Sekretaris Universitas dan Juru Bicara UNS, Agus Riwanto, melalui rilis resmi pada Rabu, 2 Juli 2025.

Dari data kampus tercatat bahwa DA lahir pada 19 April 2003 dan selama ini telah menerima layanan konseling dari Subdirektorat Layanan Konseling Mahasiswa (LKM) UNS.

Pendampingan telah berlangsung sejak Januari 2025 sesuai catatan kampus. Selain itu, ia juga telah mendapat rekomendasi agar melanjutkan penanganan ke psikiater, dan tetap dipantau intensif hingga sebelum insiden berlangsung.

Agus juga mengungkapkan bahwa DA memiliki riwayat gangguan kejiwaan serta upaya percobaan bunuh diri sejak tahun 2023 hingga 2025.

Metode yang pernah dicoba antara lain overdosis obat dan penggunaan peralatan tajam. DA juga tercatat pernah menjalani perawatan di Rumah Sakit Jiwa.

Baca Juga: Memulihkan Luka Tak Kasat Mata: Edukasi Kesehatan Mental Anak Pasca Trauma

Mahasiswi DA telah menerima berbagai dukungan dari kampus, dan fleksibilitas layanan tetap tersedia untuk mahasiswa lainnya.

Namun, peristiwa ini menegaskan bahwa langkah preventif dan respons cepat wajib terus dikembangkan.

Semoga kasus ini menjadi momentum untuk memperkuat sistem kesehatan mental yang tepat dan inklusif di lingkungan mahasiswa.***

Tags

Terkini