news

Fenomena Fatherless: 20 Persen Anak Indonesia Mengalaminya!

Kamis, 19 Desember 2024 | 13:00 WIB
Fenomena fatherless di Indonesia

SURATDOKTER.com - Fenomena fatherless atau kehilangan figur ayah menjadi perhatian serius di Indonesia.

Berdasarkan data dari United Nations Children’s Fund (UNICEF), pada tahun 2021, tercatat 20,9 persen anak di Indonesia mengalami kondisi ini.

Berbagai faktor seperti perceraian, kematian, hingga kesibukan ayah bekerja disebut menjadi penyebab utama.

Data serupa dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan kondisi yang lebih memprihatinkan.

Pada periode yang sama, hanya sekitar 37,17 persen anak usia 0-5 tahun di Indonesia yang mendapatkan pengasuhan lengkap dari kedua orang tua. Ini berarti lebih dari separuh anak di Indonesia tidak mengalami pengasuhan utuh, khususnya dari figur ayah.

Salah satu faktor yang berkontribusi terhadap kondisi ini adalah masih kuatnya persepsi dalam masyarakat bahwa peran ayah cukup sebatas mencari nafkah.

Tanggung jawab mengurus anak, mulai dari masa kehamilan hingga dewasa, sering dianggap sebagai tugas ibu semata. Persepsi inilah yang membuat keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak menjadi minim.

Baca Juga: Daddy Issue Pada Kehidupan Dewasa Memiliki Dampak Negatif Terhadap Hubungan Seseorang!

Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Wihaji, menekankan pentingnya kerja sama yang setara antara ibu dan ayah dalam pengasuhan anak.

Menurutnya, pengasuhan yang melibatkan kedua orang tua dapat meningkatkan kualitas hubungan antara ayah dan anak. Sayangnya, banyak ayah yang masih merasa bahwa perannya hanya sebatas kewajiban ekonomi, sementara urusan anak adalah tugas ibu.

Psikolog Anastasia Sari Dewi menyebut persepsi tersebut berakar dari pola pikir di masa lalu, ketika kesempatan kerja bagi perempuan sangat terbatas.

Pada masa itu, laki-laki dituntut menjadi pencari nafkah utama, sedangkan perempuan bertanggung jawab penuh terhadap urusan rumah tangga dan pengasuhan anak. Namun, dengan perubahan zaman dan semakin banyaknya perempuan yang bekerja, persepsi seperti ini sudah tidak relevan.

Sari menjelaskan bahwa pengasuhan anak seharusnya dilakukan bersama-sama oleh ayah dan ibu. Masing-masing memiliki peran penting dalam proses tumbuh kembang anak.

Ibu, misalnya, cenderung lebih berperan dalam mengembangkan aspek emosi anak. Peran ini mencakup membantu anak mengenali dan menyalurkan emosi, melatih empati, serta mengarahkan anak dalam menghadapi berbagai tantangan emosional.

Halaman:

Tags

Terkini