• Senin, 22 Desember 2025

Konsulen yang Menendang Alat Vital Peserta PPDS Unsri Akhirnya Di Skors 1 Bulan

Photo Author
- Rabu, 30 April 2025 | 23:34 WIB
Ilustrasi untuk kasus penendangan alat vital dokter PPDS Unsri oleh konsulen
Ilustrasi untuk kasus penendangan alat vital dokter PPDS Unsri oleh konsulen

SURATDOKTER.com - Kasus kekerasan dalam dunia pendidikan kedokteran kembali menjadi sorotan. Kali ini, insiden memprihatinkan terjadi di lingkungan Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya (Unsri), Palembang.

Seorang dokter konsulen dikabarkan melakukan kekerasan fisik terhadap peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) anestesi di RSUP Dr. Mohammad Hoesin (RSMH) Palembang.

Insiden ini mencuat setelah unggahan viral di media sosial mengabarkan bahwa seorang dokter residen mengalami cedera serius pada bagian alat vitalnya setelah diduga ditendang oleh konsulennya sendiri saat melakukan visitasi pasien.

Baca Juga: Update Skandal Perundungan Peserta PPDS: Menkes Budi Klaim Banyak Senior yang Mengajar, Bukan Dosen

Berdasarkan narasi yang beredar, korban mengalami hematoma testis, yaitu kondisi di mana terdapat memar dan penumpukan darah di area testis akibat benturan atau trauma langsung.

Pihak rumah sakit langsung melakukan pemeriksaan awal terhadap kondisi fisik korban. Dari hasil pemeriksaan di Instalasi Gawat Darurat (IGD), diketahui bahwa residen tersebut mengalami nyeri hebat dan memerlukan penanganan segera.

Pemeriksaan ultrasonografi testis (USG) mengonfirmasi adanya hematoma, yang bahkan bisa berkembang menjadi kerusakan jangka panjang jika tidak ditangani secara tepat.

Menanggapi kejadian ini, Direktur Kesehatan Lanjutan Kementerian Kesehatan RI, Azhar Jaya, menyatakan bahwa pihaknya telah menerima laporan terkait dan sedang mendalami motif serta kronologi kejadian tersebut.

Meskipun belum diketahui secara pasti pemicu awal insiden, pihak terkait menyatakan bahwa dugaan kekerasan fisik ini telah mencoreng etika profesional seorang pendidik klinis.

Sebagai langkah awal, dokter konsulen yang bersangkutan telah dikenai sanksi berupa skorsing selama satu bulan. Tindakan ini diberlakukan sambil menunggu hasil penyelidikan lebih lanjut.

Pihak Kementerian belum dapat memastikan apakah sanksi yang lebih berat akan dijatuhkan, termasuk kemungkinan pemberhentian program pendidikan spesialis anestesi di Unsri, bila ditemukan pelanggaran berat secara sistemik.

Hematoma testis sendiri merupakan kondisi medis yang tidak bisa dianggap sepele. Trauma pada testis dapat menyebabkan komplikasi jangka panjang, seperti nyeri kronis, gangguan kesuburan, hingga kerusakan permanen jika perdarahan tidak segera ditangani.

Baca Juga: Miris! Konsulen Tendang Alat Vital Peserta PPDS Unsri Hingga Berdarah

Penanganan kasus ini bukan hanya soal medis, tetapi juga mencerminkan pentingnya menjaga keamanan dan kesehatan mental fisik peserta didik dalam sistem pendidikan kedokteran.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: tia mardwi

Sumber: Instagram, Detik

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Terpopuler

X