SURATDOKTER.com - Jimmy Carter, Presiden Amerika Serikat ke-39, meninggal pada 29 Desember 2024, di usia 100 tahun di rumah pribadinya di Plains, Georgia.
Selama hidupnya, Carter tidak hanya dikenal sebagai politisi, tetapi juga sebagai tokoh yang memberikan kontribusi besar dalam kesehatan masyarakat, terutama dalam memerangi penyakit infeksi dan tropis yang terabaikan.
Meskipun ia kalah dalam pemilu 1980, warisannya di dunia kesehatan global terus memberi dampak hingga kini.
Baca Juga: Seorang Dokter di Cina Sukses Lakukan Operasi Pengangkatan Tumor Paru-Paru dari Jarak 5000KM!
Setelah mengakhiri masa jabatannya, Carter mengabdikan dirinya pada berbagai inisiatif sosial dan kemanusiaan.
Salah satu yang paling dikenal adalah kerja samanya dengan Habitat for Humanity dan Carter Center, lembaga yang didirikan dengan tujuannya untuk memperbaiki kondisi kehidupan global.
Namun, salah satu perjuangan terbesar Carter adalah melawan penyakit tropis yang sering dilupakan dunia.
Penyakit tropis terabaikan adalah sekelompok penyakit yang sangat mempengaruhi daerah miskin dan terisolasi, namun sering kali diabaikan oleh masyarakat global.
Penyakit ini seperti Chagas, dengue, cacing Guinea, dan kebutaan sungai, menimbulkan dampak besar terhadap kesehatan dan ekonomi, namun jarang mendapat perhatian yang layak.
Carter, bersama dengan para ahli kesehatan, memperjuangkan masalah ini dengan penuh dedikasi.
Salah satu penyakit yang sangat terkait dengan nama Carter adalah penyakit cacing Guinea. Penyakit ini disebabkan oleh parasit Dracunculus medinensis yang menyerang tubuh manusia melalui air yang terkontaminasi.
Baca Juga: Benarkah Darah Menstruasi Kelak Bisa Menjadi Alternatif Pengobatan Alzheimer
Carter menjadikan pemberantasan penyakit ini sebagai prioritas utama. Pada 1980-an, penyakit cacing Guinea sangat meluas, dengan 3,5 juta kasus tercatat di seluruh dunia.
Namun, berkat kerja keras dan program yang dijalankannya, angka tersebut terus menurun secara signifikan. Pada 1989, jumlah kasusnya berkurang menjadi kurang dari satu juta, dan pada 2022, hanya 13 kasus yang tercatat.
Artikel Terkait
Sehat Tanpa Repot: Teknologi Kesehatan di Rumah
"AI Mengubah Penemuan Obat: Terobosan atau Harapan Palsu?"
Tanda Baru Gegar Otak: Inovasi yang Berpotensi Selamatkan Nyawa Atlet
Benarkah Darah Menstruasi Kelak Bisa Menjadi Alternatif Pengobatan Alzheimer
Seorang Dokter di Cina Sukses Lakukan Operasi Pengangkatan Tumor Paru-Paru dari Jarak 5000KM!