Polusi Udara India Memburuk, Warga Sakit Mata Hingga Sesak Nafas

Ketua Menteri New Delhi, Atishi, menyebut bahwa tunggul yang dibakar di berbagai wilayah merupakan penyebab utama polusi ini. Ia juga mengkritik pemerintah pusat yang dinilai lamban dalam menangani masalah tersebut.

Selain faktor lingkungan, perdebatan politik antarnegara bagian dan pemerintah pusat semakin memperumit situasi. Para politisi enggan bertindak tegas terhadap kelompok petani yang kuat, sehingga praktik pembakaran tunggul tetap berlangsung setiap tahunnya.

Mahkamah Agung India pun turun tangan dengan memerintahkan otoritas untuk segera mengambil langkah konkret, mengingat polusi udara adalah pelanggaran terhadap hak warga negara untuk hidup dalam lingkungan yang sehat.

Penduduk New Delhi kini menghadapi kondisi yang disebut oleh seorang sejarawan Skotlandia, William Dalrymple, sebagai "jebakan maut".

Ia mengungkapkan bahwa dalam 40 tahun terakhir, ia belum pernah menyaksikan polusi udara seburuk ini.

Sementara itu, alat penyaring udara yang bisa membantu melindungi dari polusi masih terlalu mahal bagi sebagian besar masyarakat. Banyak keluarga tidak mampu membelinya, bahkan untuk membayar kebutuhan sehari-hari saja sulit.

Krisis udara bersih ini menunjukkan bahwa upaya pemerintah selama ini belum cukup untuk mengatasi masalah yang terus berulang.

Meski beberapa pembatasan telah diberlakukan, seperti menghentikan kegiatan belajar di sekolah dasar, membatasi truk diesel, dan menekan aktivitas konstruksi, langkah ini belum cukup untuk memberikan dampak signifikan.

Baca Juga: Udara Berat, Jiwa Terbebani: Bagaimana Polusi Udara Memengaruhi Kesehatan Mental Kita?

Masyarakat India, khususnya penduduk New Delhi, berharap pemerintah dapat mengambil tindakan lebih tegas dan berkelanjutan untuk mengatasi sumber polusi.

Polusi udara tidak hanya mencerminkan masalah lingkungan, tetapi juga menjadi tantangan serius bagi kesehatan, kesejahteraan, dan masa depan warga. Diperlukan kerja sama antara pemerintah pusat, negara bagian, dan masyarakat untuk mencegah krisis ini terus memburuk setiap tahun.***