kesehatan

Viral, Seorang Pria Meninggal Karena Tersedak Kotoran Manusia, Ternyata Kena Coprophilia! Berikut Penjelasannya

Minggu, 24 Maret 2024 | 18:30 WIB
Toilet Khusus yang Digunakan Untuk Praktik Coprophilia

SURATDOKTER.com - Viral, seorang pria meninggal karena tersedak tinja atau feses pasangannya saat melakukan hubungan intim.
 
Mungkin kita bertanya mengapa pria ini bisa memakan feses sembari diapun melakukan hubungan intim dengan pasangannya.
 
Rupanya hal ini dikarenakan karena pria tersebut menderita suatu kelainan seksual yang disebut Coprophilia.
 
Coprophilia sendiri mempunyai beberapa nama sebutan seperti fetish human toilet dan juga nama lainnya adalah porta potty.

Lalu Apa itu Coprophilia?

Coprophilia adalah sebuah aktivitas dalam hubungan seksual yang melibatkan kotoran manusia baik itu tinja ataupun urine.
 
Seseorang akan merasa puas atau bahkan gairahnya timbul saat pasangannya mengeluarkan tinja atau kotorannya.
 
Tentu saja hal ini merupakan pola perilaku seksual yang tidak wajar atau menyimpang dari normal yang ada.
 
Pelaku coprophilia akan merasa bergairah secara seksual ketika mereka melihat pasangannya sedang buang air besar, memiliki, menyentuh bahkan hingga menggunakan kotoran tersebut dalam praktik kegiatan seksual mereka, seperti memakan kotoran tersebut.
 
Baca Juga: Waspada! Kasus Demam Berdarah Terus Meningkat Hingga April 2024, Dapat Memicu Komplikasi Dengue Shock Syndrome (DSS)

Mengapa Seseorang Menjadi Pelaku Coprophilia?

Pelaku coprophilia ini sendiri tidak begitu banyak dan bisa dikatakan langka, sehingga penelitian mengenai hal ini masih terbilang sedikit. Namun berikut beberapa faktor yang mungkin bisa memicunya :

1. Faktor Psikologis

Hal ini terkait dengan pengalaman traumatis seseorang di masa lalu, entah mungkin saat melakukan toilet training atau juga memiliki masalah dalam  pengendalian.

2. Faktor Lingkungan

Jika seseorang melihat atau terlibat praktik coprophilia sebelumnya, bisa memicu kecenderungan seseorang di kemudian hari untuk melakukan hal yang sama.

3. Faktor Neurologis

Faktor yang dimaksud adalah ketika seseorang memiliki kelainan otak atau cedera otak yang bisa memicu kontribusi terhadap perkembangan imajinasi seksual yang tidak biasa.
 
4. Faktor Genetik
 
Faktor genetik juga kerap kali mempengaruhi perkembangan paraphilia atau rangsangan seksual tidak wajar yang muncul terus-menerus.
 

Efek Samping Coprophilia

Sebenarnya aktifitas coprophilia ini sendiri memiliki efek negatif dari segi kesehatan bagi para pelakunya.

Aktifitas memakan tinja dapat menimbulkan efek yang hampir sama dengan keracunan makanan.
 
Bagaimanapun kotoran manusia memiliki bakteri, parasit hingga virus yang biasa ditemukan dalam usus. Akibatnya, pelaku coprophilia mempunyai resiko yang lebih besar tertular penyakit pasangannya.
 
Walaupun biasanya resikonya tidak sampai mengancam nyawa, namun tetap dapat menimbukan gejala seperti mual, muntah, diare hingga demam.
 
Dalam beberapa kasus langka, pelaku juga bisa tertular penyakit hepatitis A dan hepatitis E.
 
Baca Juga: Penyebab Badan Lemas saat Puasa: Begini Cara Mengatasinya

Penanganan Coprophilia

Mengingat perilaku coprophilia adalah perilaku seksual yang menyimpang dan memiliki lebih banyak efek negatif bagi para pelakunya itu sendiri.

Maka sebaiknya orang yang sadar dirinya adalah pelaku tindakan ini sebaiknya berusaha menangani kecenderungannya ini.

Bukan tidak mungkin kelainan seksual ini bisa ditangani atau bahkan dihilangkan. Berikut adalah beberapa pendekatan yang bisa digunakan untuk mengatasi perilaku coprophilia:

1. Sex Education

Pemahan seksual yang layak dan memberi informasi mengenai coprophilia dapat membantu seseorang memahami kondisi tersebut dengan lebih baik. Juga penting edukasi seksual yang benar agar tidak terjadi penyimpangan.
Baca Juga: Sistem Golongan Darah ABO Bagaimana Cara Mengetahuinya Agar Tidak Salah Ketika Transfusi Darah

2. Konseling dan Terapi Psikologis

Terapi dengan psikolog, psikiater atau terapis sex berpengalaman dapat memberikan bantuan khusus yang sesuai dengan kebutuhan individu, termasuk konseling konflik internal.

3. Farmakoterapi

Dalam beberapa kasus, penggunaan obat anti-depresan atau penghambat libido dapat diresepkan.

4. Dukungan Sosial

Mendapat dukungan keluarga, teman dan komunitas membantu pelaku merasa didukung dan tidak sendirian dalam pengalaman mereka.
***

Tags

Terkini

Vitamin yang Menunjang Kesehatan Mata Anak

Minggu, 30 November 2025 | 22:30 WIB