SURATDOKTER.com - Kehamilan merupakan kabar yang selalu ditunggu oleh pasangan suami istri. Pasalnya setelah menikah belum lengkap rasanya jika belum ada kehadiran buah hati.
Namun siapa sangka, ketika sudah mendapatkan kabar bahagia tersebut masih banyak rintangan yang akan dialami, contohnya saja keguguran.
Keguguran dapat terjadi karena banyak faktor yang menyebabkannya, bisa jadi virus, kandungan lemah, dan yang lainnya.
Keguguran biasanya terjadi pada trimester pertama usia 0-12 minggu dan trimester kedua hingga usia 20 minggu.
Lalu, apakah keguguran dapat terjadi berulang kali? Jawabannya, Iya.
Keguguran yang terjadi lebih dari dua kali dalam waktu yang berdekatan disebut dengan Abortus Habitualis, biasanya terjadi sebelum usia 20 minggu.
Gejala pada kondisi ini sama halnya dengan keguguran pada umumnya. Namun perlu dievaluasi, mengapa hal ini bisa terjadi. Bisa saja, adanya gangguan kesehatan sebagai faktor utamanya.
Penyebab Keguguran Berulang
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan keguguran berulang, diantaranya yaitu:
Baca Juga: Jessica Milla Lahirkan Bayi Caesar karena Air Ketubannya Berkurang? Ini Penyebab dan Solusinya
1. Sindrom Antifosfolifid
Sindrom antifosfilifid (APS) atau sering disebut juga dengan sindrom pengentalan darah merupakan salah satu penyebab utama yang menyebabkan kegugurang berulang. Sindrom ini merupakan salah satu penyakit autoimun, dimana janin sulit untuk menempel didinding rahim sehingga memicu terjadinya keguguran.
2. Kelainan Anatomis
Kelainan anatomi organ reproduksi seperti lemahnya leher rahim atau septum rahim, juga dapat menyebabkan keguguran berulang. Hal ini dapat diatasi melalui pembedahan atau tindakan medis lainnya.
3. Adanya Infeksi
Ada beberapa jenis infeksi seperti infeksi rahim, infeksi saluran kemih atau ISK, juga dapat menyebabkan terjadinya keguguran berulang.
Maka untuk hal ini diperlukannya pengobatan medis menggunakan antibiotik dan pengobatan lainnya.
4. Adanya Kelainan pada Kromosom
Menurut penelitian keguguran berulan terjadi karena adanya kelainan kromosom, hal ini dijumpai pada 2-5% pasangan. Kelainan ini mungkin tidak menjadi suatu penyakit pada pasangan, namun hal ini jadi setelah diturunkan pada janin dimasa depannya.