SURATDOKTER.com - Hipertensi atau kondisi medis seseorang sedang mengalami tekanan darah tinggi, sudah banyak didengar.
Semua pribadi tentunya sangat mendambakan hidup sehat dan terjauhkan dari jenis penyakit baik ringan maupun berat.
Sebagai faktanya, hipertensi dapat menyerang siapa saja tanpa memandang usia maupun jenis kelamin.
Baca Juga: Belajar Dari Panji Petualang, Ini Perbedaan Serangan Panik dan Anxiety, Banyak Diidap Remaja Masa Kini Lho...
Artinya, siapa saja bisa terserang hipertensi dan dalam situasi kapan juga.
Sebelum itu, ada baiknya Anda memahami apa itu hipertensi, ciri-ciri dan cara mencegahnya, seperti beberapa keterangan sederhana berikut.
Apa itu Hipertensi
Hipertensi dalam bahasa sederhana adalah tekanan darah tinggi, dimana kondisi ini bisa menyebabkan berbagai komplikasi kesehatan yang dapat membahayakan nyawa penderita.
Baca Juga: Pentingnya Obat Kumur di Rutinitas Perawatan Gigi Sehari-hari
Beberapa gangguan yang dapat timbul akibat hipertensi diantaranya adalah terjadinya penyakit jantung, stroke dan bisa hingga berujung kepada kehilangan nyawa.
Tekanan darah tinggi sebenarnya adalah istilah medis yang menggambarkan kekuatan sirkulasi darah terhadap dinding pembuluh darah utama.
Jika terjadi penyempitan pada pembuluh darah, maka akan terjadi besarnya tekanan yang timbul akibat sejumlah darah yang dipompa oleh jantung yang harus melewati pembuluh darah yang sudah menyempit tersebut.
Baca Juga: Belajar Dari Panji Petualang, Ini Perbedaan Serangan Panik dan Anxiety, Banyak Diidap Remaja Masa Kini Lho...
Kondisi ini akan sangat berbahaya jika dibiarkan dan dianggap sepele.
Berdasarkan jenisnya, hipertensi digolongkan ke dalam 2 kategori, yakni primer dan sekunder.
Hipertensi primer adalah situasi tekanan darah yang tinggi dan terjadi secara bertahap, sering kali terjadi pada orang dewasa dan tidak teridentifikasi secara berkala.
Baca Juga: Pentingnya Mengganti Sikat Gigi untuk Kesehatan Mulut
Artinya hipertensi ini terjadi sejak kurun waktu yang lama dan sudah berjalan secara bertahap.
Hipertensi sekunder adalah tekanan darah tinggi yang terjadi secara cepat dan tiba-tiba yang dipicu oleh beberapa kondisi, yakni :
Terjadi permasalahan pada ginjal,
Adanya masalah tiroid,
Faktor genetik atau cacat bawaan pada pembuluh darah,
Mengkonsumsi obat keras atau bahkan jenis terlarang dan masih banyak faktor lainnya.
Baca Juga: Penyebab Bau Mulut: Faktor yang Memicu Bau Mulut
Ciri-ciri Hipertensi
Hipertensi dapat diketahui dengan pemeriksaan secara rutin pada tekanan darah. Hal ini direkomendasikan untuk dilakukan setiap tahun oleh semua orang dewasa.
Penyebab Hipertensi
Hipertensi terbagi menjadi dua jenis, yaitu hipertensi primer dan sekunder. Berikut penjelasan tentang penyebab hipertensi ini:
1. Hipertensi Primer
Sering kali, penyebab terjadinya hipertensi pada kebanyakan orang dewasa tidak dapat diidentifikasi. Hipertensi primer cenderung berkembang secara bertahap selama bertahun-tahun yang akhirnya semakin parah jika tidak dilakukan penanganan.
2. Hipertensi Sekunder
Beberapa orang memiliki tekanan darah tinggi karena alami kondisi kesehatan yang mendasarinya. Hipertensi jenis ini cenderung terjadi secara tiba-tiba dan menyebabkan tekanan darah lebih tinggi dibandingkan hipertensi primer.
Baca Juga: Memilih Sampo Sesuai dengan Jenis Rambut Anda
Berbagai kondisi yang dapat menyebabkan hipertensi sekunder, antara lain:
Obstruktif sleep apnea (OSA).
Masalah ginjal.
Tumor kelenjar adrenal.
Masalah tiroid.
Cacat bawaan di pembuluh darah.
Obat-obatan, seperti pil KB, obat flu, dekongestan, obat penghilang rasa sakit yang dijual bebas.
Obat-obatan terlarang.
Faktor Risiko Hipertensi
Memang faktor risiko untuk alami hipertensi berbanding lurus dengan usia. Seseorang yang memiliki usia lebih tua memiliki kemungkinan lebih besar untuk alami hipertensi. Beberapa faktor risiko lainnya yang dapat meningkatkan terjadinya hipertensi adalah:
Berusia di atas 65 tahun.
Sering mengonsumsi makanan tinggi garam berlebihan.
Alami kelebihan berat badan atau obesitas.
Adanya riwayat keluarga dengan kondisi medis yang sama.
Kurang mengonsumsi buah dan sayuran.
Tidak aktif secara fisik atau jarang berolahraga.
Mengonsumsi terlalu banyak makanan atau minuman yang mengandung kafein.
Memiliki kebiasaan merokok.
Banyak mengonsumsi minuman beralkohol.
Stres.
Alami kondisi kronis tertentu, seperti penyakit ginjal, diabetes, atau sleep apnea.
Baca Juga: Mengenal Pribadi ESFJ, Pemerhati Sosial yang Suka Menolong
Perlu dipahami juga terkadang kehamilan juga dapat menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi.
Selain itu, gangguan ini juga dapat terjadi pada anak-anak yang biasanya disebabkan masalah pada ginjal atau jantung.
Baca Juga: Dapat Mencegah Kanker! Inilah 5 Manfaat Buah Duku Bagi Kesehatan yang Jarang Diketahui
Gejala Hipertensi
Seseorang yang mengidap hipertensi akan merasakan beberapa gejala yang timbul, antara lain:
Sakit kepala;
Mimisan;
Masalah penglihatan;
Nyeri dada;
Telinga berdengung;
Sesak napas; dan
Aritmia.
Sementara untuk hipertensi yang berat gejalanya bisa berupa:
Kelelahan;
Mual dan/atau muntah;
Kebingungan;
Merasa cemas;
Nyeri pada dada;
Tremor otot; dan
Adanya darah dalam urine.
homelab - kolesterol
Baca Juga: Dapat Mencegah Kanker! Inilah 5 Manfaat Buah Duku Bagi Kesehatan yang Jarang Diketahui
Diagnosis Hipertensi
Dokter akan mengajukan pertanyaan tentang riwayat kesehatan dan melakukan pemeriksaan fisik. Setelah itu, dokter atau tenaga ahli biasanya akan memakaikan manset lengan tiup di sekitar lengan dan mengukur tekanan darah dengan menggunakan alat pengukur tekanan.
Hasil pengukuran tekanan darah dibagi menjadi empat kategori umum:
Tekanan darah normal adalah tekanan darah di bawah 120/80 mmHg.
Prahipertensi adalah tekanan sistolik yang berkisar dari 120–139 mmHg, atau tekanan darah diastolik yang berkisar dari 80–89 mmHg. Prahipertensi cenderung dapat memburuk dari waktu ke waktu.
Hipertensi tahap 1 adalah tekanan sistolik berkisar 140–159 mmHg, atau tekanan diastolik berkisar 90–99 mm Hg.
Baca Juga: Mengenali Gejala Rabies dan Cara Pencegahannya
Hipertensi tahap 2 tergolong lebih parah. Hipertensi tahap 2 adalah tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih tinggi, atau tekanan diastolik 100 mmHg atau lebih tinggi.
Krisis hipertensi.
Hasil pengukuran tekanan darah lebih tinggi dari 180/120 mmHg. Kondisi ini termasuk situasi darurat yang memerlukan perawatan medis segera. Jika kamu mendapatkan hasil ini saat mengukur tekanan darah di rumah, tunggu lima menit dan tes ulang. Jika alami gejala hipertensi, ada baiknya segera mendapatkan pemeriksaan di rumah sakit.
Pengobatan Hipertensi
Sebagian pengidap hipertensi harus mengonsumsi obat seumur hidup guna mengatur tekanan darah.
Namun, jika tekanan darah sudah terkendali melalui perubahan gaya hidup, penurunan dosis obat atau konsumsinya dapat dihentikan.
Perhatikan selalu dosis obat yang diberikan dan efek samping yang mungkin terjadi.
Obat-obatan yang umumnya diberikan kepada para pengidap hipertensi, antara lain:
- Obat untuk membuang kelebihan garam dan cairan di tubuh melalui urine. Pasalnya, hipertensi membuat pengidapnya rentan terhadap kadar garam tinggi dalam tubuh.
- Obat untuk melebarkan pembuluh darah sehingga tekanan darah bisa menurun. Perlu diketahui bahwa hipertensi membuat pengidapnya rentan mengalami sumbatan pada pembuluh darah.
- Obat yang bekerja untuk memperlambat detak jantung dan melebarkan pembuluh darah.
- Obat penurun tekanan darah yang berfungsi untuk membuat dinding pembuluh darah lebih rileks.
- Obat penghambat renin untuk menghambat kerja enzim yang berfungsi menaikkan tekanan darah. Jika renin bekerja berlebihan, tekanan darah akan naik tidak terkendali.
- Selain konsumsi obat-obatan, pengobatan hipertensi juga bisa dilakukan melalui terapi relaksasi, misalnya terapi meditasi atau olahraga olah tubuh seperti yoga. Namun, pengobatan hipertensi tidak akan berjalan lancar jika tidak disertai dengan perubahan gaya hidup. Contohnya seperti menjalani pola makan dan hidup sehat, serta olahraga teratur.
Baca Juga: Penyebab Ketombe pada Rambut yang Harus Anda Ketahui
Pencegahan Hipertensi
Terdapat beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mencegah hipertensi, yaitu:
Mengonsumsi makanan sehat, seperti buah dan sayuran.
Batasi asupan garam (menjadi kurang dari 5g setiap hari).
Kurangi konsumsi kafein yang berlebihan.
Berhenti merokok.
Berolahraga secara teratur.
Menjaga berat badan.
Mengurangi konsumsi minuman beralkohol.
Membatasi asupan makanan tinggi lemak jenuh.
Menghilangkan/mengurangi lemak trans dalam diet.
Baca Juga: Bahaya Gadget untuk Anak di Usia Dini
Setiap orang dewasa disarankan untuk melakukan pemeriksaan tekanan darah setiap tahunnya.