Hierarki ini diilustrasikan dengan 5 hubungan, yaitu: penguasa dan pengikut, ayah dan anak, suami dan istri, kakak laki-laki dan adik laki-laki, serta teman dan sahabat.
Peran dalam masing-masing hubungan ini ditentukan oleh tugas individu. Inilah awal mula terjadinya pengkotakan peran dan tugas antara laki-laki dan perempuan dalam hubungan rumah tangga atau suami istri.
Laki-laki berperan mencari nafkah dan perempuan harus tinggal di rumah, merawat anak dan mengurus urusan rumah tangga. Ajaran Konfusianisme menciptakan tipe pekerjaan laki-laki dan tipe pekerjaan perempuan.
Tipe pekerjaan ini kemudian menjadi doktrin yang diturunkan dari generasi ke generasi sehingga melahirkan budaya patriarki.
Baca Juga: Kerusuhan Golden Disk Award, Netizen: Jiwa Patriarki Orang Korea Masih Tinggi!
Seiring perkembangan zaman, semakin banyak perempuan yang berani mengutarakan dan membuat keputusan tanpa takut dihakimi oleh budaya yang terlanjur melekat di tengah masyarakat.
Akibat dari banyak kesenjangan atau ketidaksetaraan gender inilah banyak perempuan Korea Selatan yang lebih memilih menikah lambat dan memiliki lebih sedikit anak atau bahkan tidak sama sekali.
Faktor Lainnya yang Melatarbelakangi Perempuan Korea Selatan Enggan Punya Anak
Fenomena terus menurunnya angka kelahiran di Korea Selatan ini tidak hanya dipengaruhi oleh budaya patriarki yang mengakar tapi juga dilatarbelakangi oleh beberapa faktor ketidaksetaraan gender lainnya, seperti:
1. Kesenjangan kesempatan pendidikan
Perempuan yang sudah menikah memiliki kesempatan yang sangat kecil untuk melanjutkan pendidikan dibandingkan dengan kesempatan laki-laki yang sudah menikah untuk melanjutkan pendidikan, melanjutkan pendidikan magister atau Ph.D misalnya.
2. Kesenjangan kesempatan berkarir
Budaya kerja yang kompetitif dan tuntutan pekerjaan yang tinggi juga menjadi salah satu latar belakang perempuan enggan memiliki anak karena merasa sulit untuk menyeimbangkan peran antara karir, ibu dan pengurus rumah tangga.
Sehingga hidup dengan terus melajang atau menikah tanpa memiliki anak seringkali dijadikan jalan keluar atas situasi yang dihadapi perempuan di Korea Selatan.
3. Kesenjangan di media
4. Kesenjangan citra tubuh atau standar kecantikan
5. Tingkat misogini yang tinggi
Tingkat misogini yang tinggi juga menjadi salah satu latar belakang banyak perempuan enggan menjalin hubungan romantis dengan laki-laki apalagi merencanakan hidup berkeluarga dan memiliki anak.
6. Biaya hidup yang mahal
Aspek ekonomi juga menjadi salah satu latar belakang seseorang enggan memiliki anak, selain biaya pendidikan dan perawatan anak yang cukup mahal, biaya rumah, dan biaya hidup secara keseluruhan di Korea Selatan terbilang mahal.
7. Perubahan persepsi masyarakat
Meski budaya patriarki masih melekat hingga saat ini di Korea Selatan, akan tetapi saat ini mulai muncul perubahan persepsi masyarakat terkait suara, hak dan peran perempuan.
Perubahan persepsi inilaih yang akhirnya membuka banyak keberanian perempuan di Korea Selatan untuk membuat keputusan sendiri atas hidupnya termasuk keputusan untuk tidak menikah ataupun keputusan menikah tanpa memiliki anak.
Artikel Terkait
Diet Time Limit: Cara Langsing Ala Aktris Korea Bae Suzy yang Sehat dan Efektif
Hindari Dopamine Farming, Seorang Profesor Asal Korea Menghapus Instagram Saat Pulang Kerja, Ini Alasannya
Cara Membentuk Karakter Kepribadian Anak dengan Memberikan Contoh Secara Langsung, Kenali Apa Saja!
Peran Faktor Lingkungan, Gizi, dan Kesehatan dalam Menangani Masalah Stunting pada Anak: Tinjauan Mendalam Terhadap Tantangan dan Solusi
Ribuan Dokter di Korea Selatan Mengundurkan Diri dari Rumah Sakit, Ternyata ini Penyebabnya
Bukan cuma Anak-anak, Orang Dewasa juga bisa Cacingan! Mengenal Gajala Cacingan pada Orang Dewasa dan Cara Mencegahnya!
Hari Cuti Ayah Untuk Mengasuh Anak? Apa Manfaatnya Bagi Mental Anak