SURATDOKTER.com - Kekerasan dalam bentuk apa pun adalah perbuatan yang salah. Sayangnya, beberapa korban kekerasan seperti KDRT lebih sering diam karena takut. Dalam sebuah survey tentang KDRT pun menyatakan jika ibu hamil yang mengalami kekerasan cenderung diam demi menjaga janinnya.
Berdasarkan penelitian dari sumber literasi, KDRT pada ibu hamil biasanya terjadi pada wanita yang hanya memiliki otonomi kecil di rumah. Para ibu hamil yang mengalami kekerasan ini dianggap memiliki peran kecil dan terlalu bergantung pada suami.
Lebih lanjut lagi, penelitian menyatakan jika semakin rendah tingkat ekonomi dan pendidikan ibu hamil, maka semakin tinggi pula kemungkinan mereka mendapatkan kekerasan. KDRT di rumah akan semakin rentan terjadi ketika otoritas dan status suami dan/ mertua jauh lebih tinggi dari istri.
Selain hal di atas, KDRT pada ibu hamil bisa disebabkan oleh faktor ketidaksiapan. Kehamilan yang tidak diinginkan bisa menyulut emosi. Terutama jika perekonomian keluarga sedang buruk, kehamilan hanya akan dianggap sebagai beban tambahan.
Baca Juga: Ibu Hamil Ternyata Perlu Suami Siaga, Lakukan Ini Ketika Istri Hamil
Bentuk KDRT Pada Ibu Hamil
Beberapa korban kekerasan seringkali denial jika mendapat perlakuan buruk, termasuk pada ibu hamil. Coba periksa dan amati keadaan. Bagi ibu hamil yang masih ragu apakah dirinya sedang mengalami KDRT atau tidak, tanyakan ini pada diri sendiri:
- Apakah suami selalu membuat kecewa dan meremehkan saya?
- Apakah suami membuat saya merasa tidak nyaman atau merasa sakit?
- Apakah suami mengancam saya, janin saya, anak saya, atau dirinya sendiri?
- Apakah suami menyalahkan saya atas perbuatan buruknya? (misalnya memukul)
- Apakah suami semakin kasar seiring dengan membesarnya kandungan saya?
- Apakah suami berjanji tidak akan kasar lagi, tapi tetap mengulanginya?
Apa Yang Harus Dilakukan?
Menyadari jika diri sedang dalam kekerasan adalah langkah hebat yang telah diambil. Langkah selanjutnya adalah mengumpulkan keberanian untuk melakukan hal berikut:
1. Bercerita pada orang lain
Katakan pada orang yang bisa dipercaya jika mengalami kekerasan. Penting bagi ibu hamil untuk tetap terhubung dengan keluarga selain suami maupun teman. Jika keluarga maupun teman tidak bisa dihubungi, coba ceritakan pada tetangga maupun perangkat rumah tangga terdekat.
2. Cari tempat aman
Jika KDRT yang dirasakan sudah terlihat dan terasa jelas, jangan ragu bagi ibu hamil untuk langsung mencari tempat aman. Tidak perlu menunggu sampai ibu hamil terluka. Segera menjauh dari rumah maupun pelaku kekerasan.
Baca Juga: Bagaimana Rhesus Berpengaruh pada Kondisi Ibu Hamil?
3. Bawa uang dan dokumen lain
Keperluan ibu hamil sangat banyak, jadi selalu pastikan ada uang tabungan khusus. Saat KDRT terjadi dan mengharuskan ibu hamil untuk mencari tempat aman, pastikan untuk membawa uang. Jangan lupa dokumen penting lain seperti KTP, buku tabungan, kartu asuransi, serta dokumen penting lainnya.
4. Siapkan keperluan melahirkan
Keluar dari rumah dengan kekerasan berarti ibu hamil harus siap untuk menghadapi persalinan tanpa dampingan suami. Tidak peduli apakah ibu hamil mengalami KDRT atau tidak, selalu siapkan tas khusus berisi perlengkapan untuk proses persalinan jauh-jauh hari. Pastikan jika orang kepercayaan ibu hamil mengetahui keberadaan tas tersebut.
Kekerasan pada ibu hamil bisa berdampak buruk baik bagi ibu dan janin. Jika mengalaminya, segera hubungi hotline Sahabat Perempuan dan Anak (SAPA) melalui call center 129 atau WhatsApp 08111-129-129. Hotline SAPA siap melayani pengaduan KDRT dari siapa pun.***
Artikel Terkait
Benarkah Edema pada Ibu Hamil Berbahaya? Bagaimana Cara Mengatasinya?
7 Rekomendasi Jamu Untuk Ibu Hamil, Bagus Untuk Pertumbuhan Janin
Bagaimana Rhesus Berpengaruh pada Kondisi Ibu Hamil?
Ibu Hamil Ternyata Perlu Suami Siaga, Lakukan Ini Ketika Istri Hamil
10 Makanan dan Minuman ini Wajib Dihindari Untuk Ibu Hamil