Baca Juga: Infeksi Vagina Usai Berhubungan Seks: Begini Tips Aman Mencegahnya
Sepsis
Sepsis adalah kondisi serius yang dapat terjadi sebagai akibat dari infeksi bakteri yang menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah.
Gejala sepsis meliputi demam tinggi, nyeri perut parah, perdarahan hebat, kebingungan, gelisah, gemetar, dan penurunan tekanan darah. Penanganan medis segera diperlukan.
Kerusakan pada Rahim
Kerusakan pada rahim mencakup kerusakan pada leher rahim, adanya lubang pada rahim, dan luka robekan pada rahim. Kondisi ini seringkali tidak terdiagnosis dan baru terlihat melalui pemeriksaan visualisasi laparoskopi.
Infeksi Peradangan Panggul (PID)
Infeksi peradangan panggul (PID) dapat meningkatkan risiko kehamilan ektopik, mengurangi kesuburan, dan bahkan meningkatkan risiko kehilangan nyawa. Dampak PID biasanya muncul sekitar 4 minggu setelah aborsi pada trimester pertama.
Endometritis
Kondisi ini ditandai dengan peradangan pada lapisan rahim akibat infeksi, lebih cenderung terjadi pada remaja. Tanpa penanganan yang tepat, endometritis dapat meningkatkan risiko komplikasi pada organ reproduksi, masalah kesuburan, dan gangguan kesehatan lainnya.
Hal yang Harus dihindari Setelah Aborsi
Setelah melakukan aborsi, wanita dapat menjadi lebih rentan terhadap infeksi karena masih memerlukan waktu untuk penyembuhan leher rahim.
Baca Juga: Bahaya Kekurangan Asam Folat saat Hamil, Ibu Harus Tahu
Untuk mengurangi risiko ini, disarankan untuk menghindari aktivitas seksual, termasuk penetrasi dan penggunaan benda apapun yang dimasukkan ke dalam vagina, selama 1-2 minggu setelah aborsi.
Selain itu, sebaiknya dihindari penggunaan kolam renang selama periode tersebut. Mandi juga sebaiknya ditunda selama 48 jam setelah aborsi karena kelembaban pada vagina dapat meningkatkan risiko infeksi.
Hal yang Harus dilakukan Setelah Aborsi
Dianjurkan untuk memberikan tubuh istirahat yang cukup setelah menjalani aborsi. Biarkan tubuh pulih sepenuhnya sebelum kembali beraktivitas seperti biasa.
Pendekatan ini bertujuan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya efek samping. Jika aborsi dilakukan secara bedah pada trimester ketiga kehamilan, bahkan mungkin diperlukan waktu beberapa minggu untuk memberikan istirahat yang memadai.
Kisah ini memang mengejutkan dan menciptakan kepedihan mendalam. Penting bagi kita semua untuk memahami konsekuensi serius dari pemaksaan aborsi, terutama dalam konteks tekanan gender.
Upaya kolektif untuk meningkatkan kesadaran, mendukung hak-hak perempuan, dan menghentikan praktik-praktik yang merugikan adalah langkah-langkah penting untuk mencegah tragedi serupa terjadi di masa depan.***
Artikel Terkait
Motif Dokter Gigi di Bali yang Melakukan Aborsi Ribuan Wanita
IDI Sarankan Aborsi Dilakukan oleh Tenaga Medis sesuai Undang-undang
Infeksi Vagina Usai Berhubungan Seks: Begini Tips Aman Mencegahnya
Benarkah Makan Nanas Saat Hamil Bisa Memicu Keguguran? Berikut Fakta, Manfaat, dan Risikonya
7 Jenis Infeksi Jamur pada Penderita HIV, Ketahui Cara Pencegahannya