SURATDOKTER.com – Ratusan siswa di Kabupaten Bandung Barat (KBB) mengalami gejala keracunan massal setelah menyantap makanan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Peristiwa ini tidak hanya menimbulkan kepanikan, tetapi juga memunculkan desakan agar penyelenggaraan program tersebut segera dievaluasi.
Kasus bermula pada Senin, 22 September 2025. Sebanyak 15 siswa dilaporkan mengalami mual, muntah, dan pusing beberapa jam setelah makan siang dari program MBG.
Baca Juga: BGN Pastikan Ganti Food Tray MBG Jika Terbukti Mengandung Minyak Babi
Dalam hitungan jam, jumlah korban meningkat tajam hingga malam hari tercatat mencapai 352 siswa. Gelombang pasien yang terus berdatangan membuat tenaga medis kewalahan menangani situasi darurat.
Bupati KBB, Jeje Ritchie Ismail, segera menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB). Langkah ini ditempuh untuk mempercepat penanganan medis serta membuka posko darurat di GOR Cipongkor.
Puluhan siswa lainnya dirawat di puskesmas maupun rumah sakit terdekat. Hingga Selasa pagi, jumlah korban mencapai 364 orang. Meski demikian, sebanyak 225 siswa telah dipulangkan setelah kondisi mereka berangsur pulih.
Respon Pemerintah Daerah dan Provinsi
Pemerintah provinsi Jawa Barat turut menyoroti kasus ini. Gubernur Jabar, Dedi Mulyadi, menilai masalah terjadi akibat makanan yang basi karena jarak waktu terlalu lama antara proses memasak dan distribusi ke sekolah.
Ia menegaskan perlunya perubahan sistem pengelolaan, termasuk menyesuaikan jam masak agar makanan tetap segar ketika disajikan kepada siswa.
Selain itu, gubernur berjanji akan menggelar evaluasi menyeluruh dengan pihak penyelenggara MBG. Ia menyebut evaluasi dilakukan secara terbuka demi memastikan kejadian serupa tidak kembali terulang.
Dampak Psikologis dan Sosial
Insiden ini meninggalkan trauma bagi siswa maupun orang tua. Banyak keluarga diliputi kecemasan ketika melihat anak-anak mereka harus terbaring lemah di rumah sakit.
Padahal, program MBG awalnya diharapkan menjadi solusi peningkatan gizi pelajar. Ironisnya, insiden ini justru memunculkan rasa waswas terhadap keamanan pangan yang seharusnya menjadi prioritas.
Kasus keracunan massal ini menjadi pengingat bahwa standar keamanan pangan di sekolah perlu diperketat. Mulai dari proses memasak, penyimpanan, distribusi, hingga pengawasan mutu harus diperhatikan secara serius.