news

Trend Tiktok Blackout Chalange Memakan Korban Bocah Usia 12 Tahun

Senin, 14 Juli 2025 | 01:14 WIB
Bocah 12 tahun menjadi korban blackout challenge yang sedang trend di Tiktok

SURATDOKTER.com - Dunia digital kembali memperlihatkan sisi gelapnya. Kali ini, viralnya sebuah tantangan di platform TikTok justru membawa bencana. Tantangan yang dikenal sebagai "Blackout Challenge" atau adu tahan napas ini dilaporkan menjadi penyebab meninggalnya seorang bocah laki-laki berusia 12 tahun asal Inggris.

Insiden tragis ini menjadi alarm bagi orang tua dan masyarakat luas untuk lebih waspada terhadap tren daring yang tampaknya sepele namun bisa berujung maut.

Apa Itu Blackout Challenge?

Blackout Challenge merupakan tantangan yang mengajak peserta untuk menahan napas selama mungkin hingga mengalami sensasi "blackout" atau hampir pingsan.

Tujuan dari tantangan ini sering kali dikaitkan dengan pencarian sensasi, tekanan kelompok, atau sekadar mengikuti tren viral demi konten. Padahal, efek dari praktik ini tidak main-main dan bisa menyebabkan cedera serius bahkan kematian mendadak.

Baca Juga: Ketagihan ’Scroll’ TikTok? Studi Ungkap Cara Kerja Platform Pengaruhi Otak

Kronologi Kasus Bocah 12 Tahun yang Tewas

Pada akhir Juni 2025, layanan medis darurat di Inggris menerima laporan tentang seorang anak laki-laki yang ditemukan tidak sadarkan diri di rumahnya di Castleford.

Setelah dilarikan ke rumah sakit, nyawanya tidak berhasil diselamatkan. Bocah tersebut diketahui sempat mengikuti tantangan menahan napas yang sedang marak di media sosial. Pihak kepolisian mengonfirmasi bahwa kasus ini berkaitan dengan tren Blackout Challenge.

Menurut keterangan dari pakar kedokteran darurat anak, tren ini dapat menimbulkan gangguan pernapasan yang parah, yang dikenal sebagai asfiksia.

Asfiksia terjadi ketika suplai oksigen ke otak terhambat, mengakibatkan gejala seperti kejang, penurunan kesadaran, kerusakan saraf, bahkan kematian. Kondisi ini bisa berlangsung sangat cepat, dan setiap individu menunjukkan respons tubuh yang berbeda-beda terhadap kekurangan oksigen.

Sebagian anak mungkin pingsan hanya dalam beberapa detik, sementara yang lain tampak baik-baik saja sebelum akhirnya tiba-tiba kolaps. Ketidakpastian ini yang membuat tantangan ini begitu berbahaya, karena tidak ada standar aman yang bisa dijadikan acuan.

Catatan Kematian yang Terus Bertambah

Sejak tahun 2022, sejumlah laporan mencatat lebih dari 20 kasus kematian yang berhubungan dengan praktik serupa.

Korban umumnya masih berusia belia, di bawah 12 tahun. Ini menunjukkan bahwa kelompok usia ini termasuk yang paling rentan terpengaruh oleh konten viral yang tampaknya tidak berbahaya namun berdampak serius terhadap kesehatan mereka.

Fenomena ini memperlihatkan pentingnya keterlibatan orang tua dalam mengawasi aktivitas daring anak-anak mereka.

Baca Juga: Scroll di Toilet Lebih dari 30 Menit, Risiko Saraf Kejepit dan Kelumpuhan Bisa Mengintai

Halaman:

Tags

Terkini