Namun, langkah ini dinilai masih jauh dari cukup. Berdasarkan proyeksi terbaru, Malaysia diperkirakan akan mengalami kekurangan tenaga perawat hingga hampir 60% pada tahun 2030, jika tidak ada intervensi yang lebih agresif.
MOH saat ini juga tengah mempertimbangkan beberapa strategi lanjutan, seperti mengundang tenaga perawat asing untuk mengisi kekosongan yang ada serta merombak sistem insentif bagi tenaga medis di sektor publik.
Dr. Dzulkefly menegaskan bahwa peningkatan kesejahteraan dan motivasi kerja menjadi kunci utama dalam menahan laju pengunduran diri ini. Tanpa adanya reformasi dalam sistem kompensasi, beban kerja, dan lingkungan kerja, maka kebijakan teknis seperti pelatihan saja tidak akan mampu memperbaiki situasi.
Selain itu, keterlibatan sektor swasta juga perlu diatur agar tidak menjadi penyebab ketimpangan distribusi tenaga kesehatan, melainkan menjadi mitra yang saling melengkapi.
Baca Juga: Pemerintah Upayakan Bantuan Rumah Bersubsidi Bagi Para Nakes
Krisis kekurangan tenaga kesehatan bukan lagi sekadar isu teknis, melainkan masalah strategis nasional. Lonjakan jumlah pengunduran diri ini menjadi alarm keras bagi pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan di bidang kesehatan.
Tanpa adanya perbaikan kebijakan yang konkret dan berkelanjutan, kualitas layanan kesehatan publik akan berada dalam posisi yang sangat rentan, terlebih di tengah meningkatnya kebutuhan layanan akibat pertambahan penduduk dan beban penyakit yang semakin kompleks.***