SURATDOKTER.com - Kesehatan Presiden Joko Widodo kembali menarik perhatian masyarakat setelah muncul informasi terkait masalah kulit yang dialaminya di area wajah, leher, dan tangan.
Meskipun pihak Istana menyebut kondisi tersebut sebagai alergi ringan, beberapa tokoh dan ahli turut memberikan pandangannya, termasuk dokter kecantikan yang juga dikenal sebagai influencer, Richard Lee.
Richard memberikan tanggapan melalui video yang diunggah di akun media sosialnya. Ia menyatakan bahwa pendapat yang disampaikannya murni berdasarkan pengamatan dari video dan foto yang beredar, bukan hasil pemeriksaan langsung.
Baca Juga: Ramai Jokowi Sempat Diduga Alami Stevens Johnson Syndrome, Richard Lee: Ini Jauh Banget dari SSJ
Dalam analisisnya, ia menduga bahwa reaksi yang terjadi pada Presiden termasuk ke dalam kategori alergi sistemik, bukan hanya reaksi lokal pada satu bagian tubuh.
Menurut Richard, alergi sistemik biasanya menunjukkan gejala pada beberapa area tubuh secara bersamaan, tidak hanya terfokus di satu titik.
Ia mencontohkan, jika keluhan muncul pada wajah, leher, dan tangan sekaligus, maka besar kemungkinan bahwa sistem kekebalan tubuh sedang memberikan respons yang menyeluruh, bukan reaksi terbatas seperti pada alergi topikal.
Ia juga menjelaskan beberapa faktor yang bisa memicu alergi sistemik. Salah satu faktor yang disebut sebagai pemicu adalah dark eruption, yaitu kondisi kulit yang ditandai dengan munculnya bercak gelap akibat reaksi sistem kekebalan tubuh yang tidak seimbang.
Di samping itu, terlalu lama terpapar sinar matahari juga berpotensi menimbulkan gangguan pada kulit, terutama bagi individu yang memiliki kepekaan terhadap sinar ultraviolet.
Richard juga menyoroti perjalanan Presiden ke luar negeri, di mana beliau sempat menghadiri prosesi pemakaman Paus Fransiskus di Vatikan.
Ia berpendapat bahwa perubahan iklim yang drastis serta intensitas sinar matahari di wilayah Eropa dapat menjadi salah satu pemicu timbulnya reaksi imun yang berdampak pada kondisi kulit.
Ia juga tidak menutup kemungkinan bahwa gangguan tersebut berkaitan dengan kondisi autoimun, meskipun hal itu masih perlu pembuktian lebih lanjut melalui pemeriksaan laboratorium.
Richard menekankan pentingnya pemeriksaan darah untuk menegakkan diagnosis secara pasti. Ia menyarankan agar penanganan kondisi kulit semacam ini tidak hanya berdasarkan pada pengamatan visual, tetapi juga dilengkapi dengan uji medis untuk mengetahui akar permasalahan.
Baca Juga: Jokowi Alami Alergi Kulit Usai Kepulangannya dari Vatikan