SURATDOKTER.com - Pada awal tahun 2025, Presiden Pemerintahan Donald Trump mengumumkan keputusan untuk menghentikan sementara bantuan pembangunan luar negeri selama tiga bulan.
Salah satu program yang terkena dampaknya adalah bantuan pengobatan HIV yang diberikan oleh Amerika Serikat melalui program Rencana Darurat Presiden untuk Penanggulangan AIDS, atau PEPFAR.
Keputusan ini berisiko serius bagi negara-negara dengan kehidupan rendah dan menengah yang sangat bergantung pada pendanaan dari PEPFAR untuk menyediakan terapi HIV yang menyelamatkan nyawa.
Baca Juga: Pemerintah Singapura Minta Warganya Test HIV Mandiri Mulai Tahun 2025!
PEPFAR telah menjadi salah satu program utama Amerika Serikat dalam memerangi HIV/AIDS secara global. Lebih dari dua dekade sejak didirikan, program ini telah membantu lebih dari 20 juta orang di lebih dari 50 negara, termasuk lebih dari 500.000 anak-anak.
Setiap tahunnya, PEPFAR menyediakan obat antiretroviral yang sangat dibutuhkan untuk menjaga kualitas hidup orang yang hidup dengan HIV. Namun, mengijinkan sementara mendanai program ini mengancam keinginan akses terhadap pengobatan yang menyelamatkan nyawa tersebut.
Bantuan dari PEPFAR tidak hanya penting untuk mencegah penyebaran virus HIV, tetapi juga untuk memastikan orang yang mengidap HIV dapat mengakses terapi yang efektif.
Jika pemadaman ini berlangsung lebih lama, orang yang bergantung pada obat-obatan tersebut bisa menghadapi risiko kesehatan yang lebih besar, termasuk peningkatan angka kematian dan penularan HIV.
Tanggapan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terhadap penguatan bantuan ini cukup tegas. WHO menyatakan kekhawatirannya mengenai dampak besar yang dapat ditimbulkan oleh sponsor bantuan kesehatan HIV bagi negara-negara miskin.
Penghentian mendadak ini tidak hanya membahayakan kehidupan jutaan orang, tetapi juga dapat menjanjikan kemajuan besar yang telah dicapai selama beberapa dekade terakhir dalam upaya pencegahan dan pengobatan HIV.
Baca Juga: Sebanyak 40Juta Remaja Indonesia Beresiko Terjangkit HIV
Bahkan WHO menegaskan bahwa jika penghentian bantuan ini diperpanjang, kita bisa menyaksikan penurunan signifikan dalam upaya global melawan HIV. Penyebaran HIV bisa meningkat, begitu juga dengan jumlah kematian akibat penyakit tersebut.
Dalam pernyataannya, WHO mengingatkan bahwa kita bisa kembali ke situasi tahun 1980-an dan 1990-an, ketika angka kematian karena HIV sangat tinggi di seluruh dunia, termasuk di Amerika Serikat sendiri.
WHO juga menyampaikan bahwa meskipun mereka menghargai upaya Amerika Serikat untuk mengurangi ketergantungan pada bantuan luar negeri, mereka mendesak pemerintah AS untuk memberikan pengiriman khusus.