news

Fenomena Langka: Janin Berukuran 18 cm Ditemukan di Kepala Balita Usia 1 Tahun

Jumat, 19 Juli 2024 | 16:00 WIB
Ilustrasi ditemukan janin di dalam kepala bayi (Unsplash/Omar Lopez)

 

SURATDOKTER.com - Sebuah fenomena langka telah terungkap di China, di mana seorang bayi perempuan dilaporkan lahir dengan kondisi medis yang menggemparkan: sebuah janin yang belum matang ditemukan terperangkap di dalam kepalanya.

Temuan ini baru-baru ini dilaporkan dalam American Journal of Case Reports yang menggarisbawahi kompleksitas dan langkanya kasus ini dalam dunia medis.

Kejadian ini pertama kali mencuat saat usia janin 33 minggu, ketika dokter menemukan kelainan serius pada tengkorak yang mengkhawatirkan.

Fenomena langka ini akhirnya mempengaruhi proses kelahiran bayi pada minggu ke-37, yang memerlukan operasi caesar untuk menyelamatkan bayi yang dilaporkan memiliki ukuran kepala yang lebih besar dari rata-rata.

Namun, satu tahun setelah kelahirannya, anak tersebut mengalami gejala yang mengkhawatirkan.

Dia kemudian dibawa dan dirawat di Rumah Sakit Internasional Universitas Peking karena mengalami pembengkakan kepala dan perkembangan yang tidak sesuai dengan perkiraan medis.

Masalah perkembangannya mencakup kesulitan dalam aktivitas sehari-hari seperti berdiri dan berbicara, serta masalah kesehatan seperti sering mengompol.

Baca Juga: Waspadai Wabah Bakteri Pemakan Daging yang Merebak di Jepang

Melalui pemeriksaan MRI yang mendalam, dokter menemukan sebuah massa abnormal berukuran 13 cm di dalam kepala anak tersebut. Pemeriksaan lebih lanjut mengungkapkan pertumbuhan tulang yang tidak wajar di area tersebut.

Tim medis kemudian memutuskan untuk melakukan prosedur kraniotomi untuk mengurangi tekanan di kepala anak.

Saat melakukan operasi tersebut, mereka menemukan sesuatu yang tidak terduga.

Terdapat janin yang belum matang dengan panjang mencapai 18 cm, lengkap dengan struktur tulang belakang, mulut, mata, rambut, lengan bawah, tangan, dan kaki yang sudah mulai terbentuk.

Sayangnya, meskipun operasi dilakukan untuk mengatasi fenomena langka ini, anak tersebut tidak pernah pulih dari kondisi kritisnya. Dia terus mengalami kejang yang parah dan akhirnya jatuh ke dalam koma yang tak kunjung berakhir.

Setelah dua belas hari perawatan intensif, keluarga harus mengambil keputusan berat untuk mencabut alat bantu hidupnya. Anak tersebut akhirnya meninggal dunia karena kerusakan otak yang parah yang dideritanya.

Halaman:

Tags

Terkini