Usai Naik Menjabat, Trump Menghentikan Bantuan Pengobatan HIV dan Malaria Bagi Negara Miskin

Pemerintahannya memutuskan untuk menangguhkan sementara bantuan luar negeri selama 90 hari guna meninjau kembali efektivitas program tersebut serta menyesuaikannya dengan kebijakan luar negeri AS. Selain itu, sekitar 60 pejabat senior di USAID juga diberhentikan dalam waktu yang berdekatan, yang semakin memperumit situasi.

Kebijakan ini mengancam miliaran dolar bantuan yang sebelumnya diberikan oleh AS, yang merupakan donor tunggal terbesar di dunia untuk program-program kemanusiaan. Pada tahun fiskal 2023, AS telah mengalokasikan dana sebesar $72 miliar untuk bantuan luar negeri.

Negara ini juga menyumbangkan lebih dari 40% dari total bantuan kemanusiaan yang dipantau oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 2024.

Dengan adanya penghentian ini, banyak negara berkembang kini harus mencari solusi lain untuk mengatasi krisis kesehatan yang mereka hadapi.

Keputusan Trump untuk menghentikan bantuan kesehatan bagi negara-negara miskin menuai kritik dari berbagai pihak. Banyak yang menilai kebijakan ini dapat menghambat upaya global dalam menanggulangi penyakit menular dan memperburuk kondisi kesehatan masyarakat di negara-negara berkembang.

Baca Juga: Amerika Serikat Menarik Diri Dari Keanggotaan WHO

Selain itu, dampak jangka panjang dari kebijakan ini dapat menciptakan krisis kesehatan yang lebih luas dan sulit diatasi di masa mendatang.

Kondisi ini mengingatkan dunia bahwa ketergantungan pada satu negara sebagai penyedia utama bantuan kesehatan bisa sangat berisiko.

Keputusan politik di satu negara dapat berdampak luas terhadap jutaan nyawa di berbagai belahan dunia.

Oleh karena itu, diperlukan upaya global yang lebih luas untuk memastikan akses terhadap pengobatan tetap tersedia bagi mereka yang membutuhkan, tanpa terpengaruh oleh kebijakan politik negara tertentu.***