Selain itu, aktivitas berlebih pada lamina gigi, yaitu jaringan yang bertanggung jawab atas pertumbuhan gigi, juga dapat menjadi penyebabnya.
Beberapa ahli bahkan mengaitkan hyperdontia dengan sifat atavisme, yaitu kembalinya ciri-ciri genetik nenek moyang yang dulu memerlukan gigi tambahan untuk mengunyah makanan keras.
Baca Juga: Ini yang Sebenarnya Terjadi Saat Pencabutan Gigi!
Hyperdontia juga sering ditemukan pada individu dengan kondisi kesehatan tertentu, seperti sindrom Gardner, sindrom Down, bibir sumbing dan langit-langit sumbing, serta displasia kleidokranial. Namun, tidak semua orang dengan hyperdontia memiliki kondisi ini, sehingga diagnosis lebih lanjut biasanya diperlukan.
Meski hyperdontia jarang terjadi—diperkirakan hanya 1-3% populasi yang mengalaminya—perawatan biasanya diperlukan jika gigi tambahan menyebabkan masalah kesehatan atau estetika.
Dokter gigi umumnya menyarankan pencabutan gigi tambahan apabila gigi tersebut mengganggu fungsi mengunyah, menyebabkan rasa sakit, atau membuat pasien merasa tidak nyaman dengan penampilannya.
Namun, tidak semua gigi tambahan harus dicabut. Jika gigi tersebut tidak mengganggu dan tidak menimbulkan gejala apa pun, dokter gigi mungkin hanya memantau perkembangannya.
Untuk kasus dengan keluhan ringan, pengobatan seperti obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) dapat membantu mengurangi rasa sakit atau pembengkakan.
Memahami hyperdontia dan dampaknya sangat penting agar seseorang dapat menentukan langkah yang tepat dalam menangani kondisi ini.
Jika Anda merasa memiliki gigi tambahan atau mengalami gejala yang mencurigakan, segera konsultasikan dengan dokter gigi untuk mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut. Dengan begitu, kesehatan mulut Anda tetap terjaga, dan fungsi gigi dapat berjalan dengan optimal.***
Silvia - 08996830680
https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/hyperdontia
https://dokgidentalclinic.com/supernumerary-teeth-adalah/