SURATDOKTER.com - Supermoon, blue moon dan fenomena langit lainnya sering kali menjadi daya tarik tersendiri bagi banyak orang.
Selain menyajikan pemandangan indah, fenomena ini kerap kali dikaitkan dengan berbagai mitos yang berhubungan dengan kesehatan dan perilaku manusia.
Namun, apa sebenarnya efek fenomena pada bulan ini terhadap kesehatan? Apakah mitos-mitos tersebut memiliki dasar ilmiah?
Artikel ini akan mengupas tuntas fenomena supermoon serta berbagai teori yang beredar mengenai dampaknya terhadap kesehatan.
Baca Juga: Kemenkes Siapkan 4 Ribu Dosis Vaksin Mpox atau Cacar Monyet Bagi Kelompok Ini
Apa Itu Supermoon?
Supermoon adalah fenomena bulan purnama yang terjadi ketika bulan berada di titik orbit terdekat dengan Bumi. Pada saat ini, bulan akan terlihat lebih dan besar dan terang karena jaraknya lebih dekat dengan bumi.
Fenomena ini biasanya dapat dilihat dengan mata telanjang, tanpa perlu alat bantu seperti teleskop.
Ada pula femena blue moon atau bulan biru, yang mengacu pada bulan purnama kedua dalam satu bulan kalender.
Lalu, ada blood moon, yang merujuk pada bulan yang tampak berwarna merah saat terjadi gerhana bulan.
Teori Dampak Supermoon Terhadap Kesehatan
Masyarakat percaya para beberapa mitos yang mengatakan jika fenomena bulan satu ini bisa memberikan dampak pada kesehatan tubuh manusia. Apakah itu benar? Berikut ini penjelasannya:
Baca Juga: 4 Infeksi Dari Tempat Gym Ini Harus Kamu Waspadai!
1. Teori Pasang Surut
Banyak yang percaya bahwa supermoon mempengaruhi tubuh manusia karena tubuh kita sebagian besar terdiri dari air, mirip dengan efek pasang surut laut.
Meski teori ini terdengar masuk akal, nyatanya pengaruh gravitasi bulan terhadap tubuh manusia sangat kecil dan hampir tidak terasa.
Ahli astronomi Alan Duffy dari Swinburne University, Australia, menyatakan bahwa efek maksimum dari pasang surut pada tubuh manusia hanya sekitar 2 milimeter, yang terlalu kecil untuk memberikan dampak signifikan.