SURATDOKTER.com - Pada tahun 2018, masyarakat Tiongkok dikejutkan oleh berita mengenai seorang wanita pemaksaan aborsi oleh suaminya sebanyak empat kali dalam setahun.
Kejadian tersebut terjadi di distrik Wuhu, provinsi Anhui, Tiongkok. Wanita yang mengalami pemaksaan aborsi sebanyak empat kali dalam setahun ini adalah seorang yang bernama Yueyue.
Pemaksaan aborsi dilakukan lantaran suami menginginkan anak laki-laki. Yueyue mengalami penyakit serius, karena kesehatannya semakin memburuk akibat tindakan aborsi yang dilakukannya berulang kali.
Apa itu Aborsi?
Aborsi adalah tindakan sengaja untuk mengakhiri kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar rahim. Prosedur ini melibatkan pengangkatan jaringan kehamilan, janin, dan plasenta dari rahim.
Di beberapa negara, aborsi dianggap sah secara hukum, namun di Indonesia, aborsi tetap dianggap ilegal kecuali dengan persetujuan dokter.
Baca Juga: Mengonsumsi Obat yang Aman Selama Periode Kehamilan, Kenali Yuk Bunda!
Biasanya, aborsi diizinkan atas dasar pertimbangan medis, termasuk kondisi fisik atau komplikasi kehamilan yang membahayakan nyawa bayi atau ibu.
Penting untuk membedakan antara aborsi dan keguguran, di mana keguguran terjadi tanpa intervensi medis. Ada berbagai alasan yang mendorong seseorang memilih aborsi, termasuk masalah dan kondisi pribadi, risiko kesehatan ibu, dan kondisi medis yang mungkin dihadapi bayi setelah lahir.
Penting juga untuk menyadari bahwa banyak wanita atau pasangan memutuskan untuk melakukan aborsi karena kehamilan yang tidak direncanakan. Oleh karena itu, perencanaan kehamilan menjadi hal yang penting.
Bahaya Aborsi
Berikut adalah beberapa bahaya aborsi untuk kesehatan ibu:
Pendarahan Berat
Kejadian perdarahan berat adalah dampak serius yang sering kali muncul setelah aborsi. Perdarahan ini dapat disertai demam tinggi dan keluarnya gumpalan jaringan seukuran bola golf.
Kondisi ini dapat berlangsung selama 2-12 jam, dan tanpa penanganan medis yang cepat, dapat menyebabkan risiko kehilangan nyawa.
Infeksi
Infeksi adalah dampak aborsi yang dapat terjadi selama 3 hari atau lebih. Infeksi ini disebabkan oleh pelebaran leher rahim yang dapat memungkinkan bakteri masuk ke dalam tubuh dengan mudah.
Gejala infeksi meliputi demam tinggi, sakit kepala, nyeri otot, pusing, dan keluarnya cairan berbau tidak normal dari vagina.