SURATDOKTER.com - Fenomena Boti yang sedang viral di media sosial ini membuat kekhawatiran karena memiliki konotasi negatif.
Boti dan Gay dianggap sebagai manusia yang melawan hukum alam dan termasuk dalam kelompok LGBTQ+.
Jika ada orang disekitar kita yang ternyata seorang Boti dan Gay, bagaimana sebaiknya kita bersikap?
Apa Itu Boti dan Gay?
Boti atau Boty berasal dari kata bottom yang artinya ‘bawah’. Maksudnya, boti merupakan istilah untuk menyebut peran seseorang dalam aktivitas seksual pasangan homoseksual atau gay. Gay diartikan sebagai laki-laki yang memiliki hasrat seksual kepada sesama laki-laki.
Pasangan homoseksual ini juga mempunyai istilah tersendiri untuk menyebutkan gender mereka.
Dalam perannya, ada istilah Top yang berperan sebagai ‘laki-laki’ dalam hubungan gay. Sedangkan untuk peran ‘perempuan’, mereka menggunakan istilah Boti, Bottom.
Kelompok Gay ada dapat menerima dirinya dan merasa nyaman. Ada juga para LGBTQ+ yang kurang nyaman ini akan menutupi homoseksualitasnya akibat rasa tertekan atau takut terhadap penolakan hingga intimidasi dari lingkungan.
Bagaimana Cara Menghadapi Fenomena Boti dan Gay?
Tentu saja banyak di masyarakat yang diam-diam memiliki jatidiri sebagai seorang Gay. Gay ini bukanlah fenomena kelainan mental atau gangguan jiwa.
LGBTQ+ ini bukanlah suatu penyakit, namun benar adanya bahwa ada jati diri yang memiliki ketertarikan seksual tidak normal.
Karena fenomena LGBTQ+ ini memang berdampak negatif terhadap kesehatan seksualilas, serta berperan tinggi menyebarkan virus HIV, maka LGBTQ+ ini dianggap sebagai masalah di negeri ini.
Tetapi kita sebagai manusia juga tidak bisa semerta-merta mengutuk atau mengucilkan orang yang memang seorang Gay.
Mereka sudah sangat berat untuk menerima dirinya sendiri dan sulit bersosialisasi dengan masyarakat jika ia mengakui kepada orang-orang sekitarnya.
Kita sebagai sesama manusia alangkah baiknya melakukan ini:
- Tidak menghakimi. Jangan pernah menghakimi sekalipun orang tersebut bermasalah. Karena kitavtidak tahu berapa beratnya ia menghadapi tekanan lingkungan dan bahkan menolakndirinya sendiri.
- Bersosialisasi seperti biasa. Dengan menganggapnya seperti manusia pada umumnya, dan tidak membeda-bedakan akan membuatnya menjadi lebih tenang.
- Jangan memaksa untuk bercerita. Biarkan sang Gay ini menyesuaikan diri dan menyiapkan kebesaran hati untuk bercerita tentang keluh kesah menjadi seorang Gay.
- Berikan nasihat dengan lembut dan tidak memaksa. Nasihat yang lembut dan tidak memaksa namun jika dilakukan secara kontinyu pasti akan tetap membuahkan hasil.***
Artikel Terkait
Wajib Tahu, Inilah Bahaya yang Ditimbulkan dari Seks Anal!
Bukan Hanya LGBT, Ternyata Masih Banyak Orientasi Seksual Lainnya
Saat Anak Mengaku Gay, Apa yang Harus Dilakukan Orangtua?
Kenapa Pasangan Gay Lebih Rentan Terkena HIV?
Apakah Semua Wanita Bisa Berpotensi Menjadi Seorang Lesbian?