SURATDOKTER.com - Kemarau basah adalah ketika sudah waktunya musim kemarau namun ternyata hujan masih sering turun. Fenomena ini terjadi karena pengaruh dinamika atmosfer global, seperti La Niña dan Indian Ocean Dipole (IOD) negatif, yang menyebabkan peningkatan curah hujan di wilayah tropis, termasuk Indonesia.
Prediksi BMKG untuk Tahun 2025
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi bahwa pada tahun 2025, sebagian besar wilayah Indonesia akan mengalami kemarau basah.
Pada bulan Juni, sekitar 56,54% wilayah diperkirakan lebih basah dari biasanya, meningkat menjadi 75,38% pada Juli, dan mencapai 84,94% pada Agustus.
Setelah itu, Indonesia diprediksi akan memasuki musim pancaroba di bulan September - November, dengan musim hujan kembali dimulai pada Desember 2025.
Baca Juga: Fenomena Kemarau Basah: Mengapa Masih Sering Hujan Padahal Cuaca Panas?
Dampak Kemarau Basah
1. Pertanian
Kemarau basah dapat mengganggu jadwal tanam petani yang telah disesuaikan dengan musim kemarau. Tanah yang terlalu basah sulit dibajak, dan tanaman rentan terhadap serangan hama dan penyakit akibat kelembapan tinggi.
2. Kesehatan Masyarakat
Lingkungan yang lembap disertai dengan banyak genangan air membuat risiko penyakit seperti demam berdarah dengue (DBD), leptospirosis, dan infeksi saluran pernapasan menjadi lebih tinggi daripada biasanya.
3. Bencana Alam
Hujan deras di musim kemarau terkadang menyebabkan banjir lokal dan tanah longsor, khususnya di daerah dengan sistem drainase yang tidak baik atau lereng perbukitan.
4. Produksi Garam
Produksi garam sangat bergantung pada sinar matahari dan udara kering. Hujan di musim kemarau menghambat proses kristalisasi garam, yang dapat menyebabkan gagal panen.
Langkah Antisipasi
Pertanian: Petani disarankan untuk menyesuaikan jadwal tanam dan memilih varietas tanaman yang tahan terhadap kelembapan tinggi.