SURATDOKTER.com - Insiden keracunan makanan massal yang menimpa ratusan pelajar di Kota Bogor menjadi sorotan serius masyarakat dan pemerintah setempat.
Kasus ini mencuat setelah sejumlah siswa dari delapan sekolah mengalami gejala yang mengarah pada keracunan usai mengonsumsi makanan dari program Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang didistribusikan ke sekolah-sekolah.
Berdasarkan data terbaru, jumlah korban mencapai 210 orang. Dari total tersebut, sebagian besar mengalami keluhan ringan, namun puluhan lainnya harus mendapat perawatan medis intensif, baik rawat jalan maupun rawat inap.
Pemerintah Kota Bogor melalui laboratorium kesehatan daerah telah melakukan serangkaian pemeriksaan terhadap sampel makanan yang diduga menjadi sumber keracunan.
Kasus gangguan kesehatan akibat makanan yang dialami ratusan murid di Bogor menjadi perhatian serius bagi warga dan pemerintah daerah. Kejadian ini mulai ramai dibicarakan setelah beberapa siswa dari delapan sekolah menunjukkan tanda-tanda keracunan usai menyantap hidangan dari program Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang dibagikan di lingkungan sekolah.
Data terbaru mencatat bahwa jumlah siswa yang terdampak mencapai 210 orang. Sebagian besar hanya mengalami keluhan ringan, namun ada juga puluhan lainnya yang membutuhkan penanganan medis lebih lanjut, baik rawat jalan maupun rawat inap.
Menanggapi hal ini, pihak pemerintah Kota Bogor melalui laboratorium kesehatan daerah melakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap sampel makanan yang dicurigai sebagai pemicu kejadian. Hasil uji menunjukkan adanya dua jenis bakteri yang sering menjadi penyebab gangguan pencernaan, yakni E. coli dan Salmonella.
Kedua bakteri tersebut ditemukan dalam dua jenis masakan yang disiapkan oleh salah satu penyedia makan siang, yaitu telur ceplok berbumbu dan tumis tahu dengan toge. Kedua menu ini diketahui telah dimasak sejak malam sebelumnya dan baru dibagikan kepada siswa pada siang hari berikutnya.
Kondisi ini diduga menjadi faktor utama berkembangnya bakteri akibat proses penyimpanan yang tidak memenuhi standar keamanan pangan.
Baca Juga: Kanada Menarik Telur Merk Tertentu Karena Terkontaminasi Salmonela
Pihak berwenang menjelaskan bahwa telur berbumbu yang disajikan bukan hanya mengalami proses penyimpanan yang terlalu lama, tetapi kemungkinan juga tidak melalui pengolahan higienis. Demikian pula dengan tumis tahu dan toge yang juga menunjukkan kandungan bakteri dalam jumlah signifikan.
Selain makanan, pemerintah juga mengambil sampel air dan melakukan pemeriksaan fisik terhadap para korban. Namun, hasil uji lanjutan ini masih dalam proses dan belum diumumkan secara resmi.
Wali Kota Bogor mengungkapkan bahwa kejadian ini bukanlah hal yang sepele. Ia mendorong seluruh pihak, terutama penyedia makanan, untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap sistem kerja dan prosedur keamanan pangan yang dijalankan.