SURATDOKTER.com - Sebuah video yang memperlihatkan seorang dokter perempuan tetap bertugas menangani pasien meskipun sedang diinfus viral di media sosial.
Video tersebut diunggah pertama kali oleh akun TikTok @angiofibril pada Selasa, 24 Desember 2024. Dalam waktu singkat, konten ini menarik perhatian jutaan netizen dan dibagikan secara luas di berbagai platform media sosial.
Dalam video itu, terlihat sang dokter, dengan tangan yang terpasang infus berisi cairan berwarna merah muda pekat, tetap menjalankan tugasnya memeriksa pasien di ruang rawat inap.
Kreator video tersebut menambahkan keterangan yang menyentuh perhatian, "Dokter tidak bercerita, tiba-tiba jaga malam sambil diinfus."
Baca Juga: Kenali Penyebab Tangan Bengkak Setelah Pemasangan Infus, Serta Cara Mengatasinya
Unggahan itu pun langsung viral, dengan lebih dari 6,3 juta kali tayangan di akun TikTok pembuatnya.
Netizen memberikan berbagai tanggapan terhadap aksi dokter tersebut. Sebagian besar memuji totalitas dan profesionalitasnya, meski ada pula yang memberikan kritik terkait kondisi kesehatannya.
Banyak yang merasa terinspirasi dengan dedikasi sang dokter, sementara yang lain merasa tindakan ini berisiko bagi keselamatan pasien.
Sebagian komentar dari netizen menyindir seorang dokter koas asal Palembang yang sempat viral sebelumnya, dikenal dengan julukan "Dokter Lady".
Beberapa komentar menyebutkan bahwa Dokter Lady mungkin tidak sanggup menjalani perjuangan seperti yang dilakukan dokter dalam video ini.
Di sisi lain, muncul perdebatan mengenai cairan infus yang digunakan. Beberapa pihak menduga cairan tersebut adalah infus Neurobion, yang biasanya berfungsi sebagai suplemen vitamin untuk meningkatkan kebugaran tubuh.
Namun, kontroversi muncul karena ada yang mempertanyakan etika dan profesionalitas tetap bekerja dalam kondisi kesehatan yang tidak optimal.
Baca Juga: Cairan Infus: Jenis, Manfaat, dan Efek Samping
Sebagian netizen menyatakan kekhawatiran terhadap tindakan tersebut. Beberapa menyebutkan bahwa dokter sebaiknya beristirahat jika sedang sakit, untuk menghindari risiko penurunan kualitas pelayanan atau potensi masalah kesehatan yang lebih serius.