Menjelang Akhir Tahun, BPOM Sita 235 Kosmetik Impor Ilegal

SURATDOKTER.com - Menjelang akhir tahun 2024, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI melakukan langkah tegas dalam melindungi masyarakat dari risiko kesehatan akibat kosmetik ilegal.

Sebanyak 235 jenis kosmetik impor ilegal yang beredar di beberapa kota besar di Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur berhasil disita. Produk-produk ini memiliki nilai putaran ekonomi yang mencapai Rp 8,9 miliar.

Langkah tegas ini melibatkan kerja sama antara BPOM dan pihak kepolisian untuk menindak distributor dan pelaku usaha yang memasarkan produk ilegal tersebut.

Baca Juga: 2 Brand Skincare Ilegal Bebahaya Ini Disita BPOM: Sebabkan Kanker!

Barang-barang yang disita, selain akan dimusnahkan, juga menjadi bukti dalam proses penegakan hukum.

Kepala BPOM, Taruna Ikrar, menjelaskan bahwa produk yang disita umumnya masuk ke Indonesia secara ilegal, tidak memiliki izin edar, dan mengandung bahan berbahaya seperti merkuri, Rhodamin B, hidrokinon, serta tretinoin.

Bahan-bahan ini dikenal dapat memberikan dampak buruk pada kesehatan kulit dan tubuh jika digunakan dalam jangka panjang.

Produk-produk kosmetik yang disita terdiri dari berbagai merek impor, di antaranya LAMEILA, AICHUN BEAUTY, WNP'L, MILA COLOR, 2099, XIXI, JIOPOIAN, SVMY, TANAKO, dan ANYLADY.

Berdasarkan hasil investigasi, produk ini berasal dari China, Korea Selatan, India, Malaysia, Thailand, dan Filipina.

Barang-barang tersebut masuk melalui jalur-jalur tidak resmi seperti pelabuhan "tikus" atau dipesan melalui media sosial oleh pelaku usaha salon kecantikan.

Baca Juga: Waspada: Daftar 10 Obat Herbal Berbahaya Versi BPOM!

Beberapa produk bahkan dipasarkan tanpa izin resmi meskipun masuk melalui jalur impor legal.

Selama periode Oktober hingga November 2024, peredaran kosmetik ilegal ini ditemukan paling banyak di Solo, Semarang, Bandung, dan Cimahi, dengan nilai ekonomi mencapai Rp 4,9 miliar.

Hal ini menunjukkan bahwa kota-kota besar menjadi target utama distribusi kosmetik ilegal karena tingginya permintaan dari konsumen.