Pemeriksaan laboratorium masih dilakukan untuk memastikan identitas korban sebelum melangkah pada rekonstruksi kejadian.
Analisis Psikologis: Mengapa Kemarahan Dapat Berujung Kekerasan pada Anak?
Ahli psikologi forensik menilai pola emosi pelaku menunjukkan tanda-tanda displaced aggression, yaitu kondisi ketika seseorang mengalihkan kemarahan kepada pihak yang lebih lemah atau tidak terkait langsung dengan sumber masalah.
Dalam kasus ini, dugaan perselingkuhan istri menjadi pemicu awal, namun emosi tersebut dilampiaskan kepada anak—pihak yang tidak mampu membela diri.
Pola ini sering ditemukan pada pelaku kekerasan domestik yang mengalami rasa terancam, cemburu, atau merasa kehilangan kendali atas situasi.
Selain itu, pesan berulang bernada dendam menunjukkan adanya rumination, yaitu kecenderungan seseorang berpikir terus-menerus tentang perasaan sakit hati tanpa mencari solusi.
Baca Juga: Kondisi Fisik Pelaku Ledakan SMAN 72 Jakarta Membaik, Polisi Pastikan Psikis Masih Dalam Pemantauan
Kondisi ini dapat memperburuk impulsivitas dan kemampuan mengontrol tindakan.
Para psikolog juga menekankan bahwa anak sering menjadi korban karena posisinya yang bergantung dan mudah dimanipulasi.
Ketika figur dewasa mengalami ketidakstabilan emosi, risiko kekerasan terhadap anak meningkat signifikan, terutama jika tidak ada sistem dukungan atau intervensi sebelumnya.***