SuratDokter.com- Sebuah pesta gay yang digelar di sebuah vila kawasan Puncak, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, menjadi sorotan publik setelah aparat kepolisian melakukan penggerebekan pada Sabtu malam, 22 Juni 2025.
Dalam operasi tersebut, sebanyak 75 pria diamankan, termasuk para panitia penyelenggara.
Penggerebekan dilakukan oleh jajaran Polres Bogor bekerja sama dengan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bogor.
Selain mengamankan para peserta, pihak Dinkes langsung melakukan pemeriksaan kesehatan berupa skrining infeksi menular seksual (IMS), khususnya HIV dan sifilis, di tempat.
Hasil pemeriksaan awal cukup mengejutkan. Sekitar 40 persen dari total peserta—atau setidaknya 30 orang—diketahui menunjukkan hasil reaktif terhadap HIV dan/atau sifilis.
Baca Juga: Faktor Seseorang Menjadi Gay Karena Kurang Perhatian? Ini Kata Psikolog
Sementara sisanya, yakni 45 orang lainnya, dinyatakan non-reaktif dalam tes awal tersebut. Pemeriksaan ini bersifat skrining, sehingga peserta yang hasilnya reaktif masih perlu menjalani uji lanjutan untuk diagnosis yang lebih akurat.
"Semua yang hasilnya reaktif akan kami arahkan untuk pemeriksaan lanjutan di puskesmas masing-masing sesuai domisili mereka. Ada yang warga Bogor, ada juga dari luar daerah," ujar perwakilan Dinkes Kabupaten Bogor.
Pihak kepolisian menyatakan bahwa saat ini seluruh peserta telah dipulangkan setelah pendataan dan pemeriksaan selesai.
Namun, proses hukum tetap berjalan. Sebanyak empat orang panitia ditahan sementara untuk dimintai keterangan lebih lanjut terkait dugaan pelanggaran hukum, termasuk kemungkinan pelanggaran terhadap Undang-Undang Pornografi dan pasal dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang berkaitan dengan perbuatan cabul atau memfasilitasi aktivitas asusila.
Baca Juga: Apakah Gay Bisa Menular? Berikut Penjelasan Para Ahli
Kapolres Bogor menyampaikan bahwa penyelidikan ini bertujuan untuk menelusuri siapa pihak yang bertanggung jawab dalam menyelenggarakan acara yang dinilai melanggar norma sosial dan hukum tersebut.
Peristiwa ini menuai berbagai reaksi dari masyarakat dan tokoh kesehatan masyarakat. Beberapa pihak menekankan perlunya edukasi kesehatan seksual yang lebih luas serta peningkatan layanan skrining IMS di tingkat lokal, terutama bagi kelompok berisiko.
Kejadian ini juga menjadi pengingat akan pentingnya pengawasan terhadap aktivitas yang berpotensi melanggar hukum serta membahayakan kesehatan masyarakat luas, mengingat angka temuan HIV dan sifilis yang cukup tinggi dari acara tersebut.