keluarga

Bagaimana Pola Asuh Orang Tua pada Anak Korban Perceraian?

Senin, 8 Januari 2024 | 14:21 WIB
ilustrasi co parenting (freepik/gstudioimagen1)

 

SURATDOKTER.com - Setiap pasangan menikah tidak luput dari masalah rumah tangga, bahkan hingga berujung perceraian. Orang tua selaku pasangan yang bercerai akan memberikan dampak pada anak.

Anak korban broken home atau perceraian orang tuanya, akan mengalami kesulitan dalam penyesuaian, seperti dalam hal psikologis, fisik, pendidikan, hingga masalah sosial.

Salah satu yang sering terjadi adalah anak kehilangan kepercayaan diri. Berdasarkan riset, anak korban perceraian berisiko lima kali lebih besar sulit mengatur emosi dan memiliki gangguan mental.

Dampak yang terjadi pada anak korban perceraian

  • Mengurangi rasa percaya diri
  • Lebih mudah sakit
  • Merasa bersalah
  • Menarik diri dari lingkungan
  • Mudah cemas
  • Insecure
  • Stress
  • Depresi
  • Memiliki kecenderungan menjadi individu yang agresif dan melanggar hukum

Baca Juga: Dampak Perceraian pada Psikologis Anak, Akankah Sebabkan Trauma di Masa Depan?

Pola asuh orang tua pada anak korban perceraian

Pola asuh orang tua pada anak setelah bercerai dikenal denga istilah co parenting, metode ini digagas oleh orang tua yang telah bercerai berbasis di Italia, Association of Separated Parents.

Co parenting diperlukan karena meskipun kedua orang tua telah berpisah, namun anak tetap berhak mendapatkan pengasuhan yang baik demi masa depan. Hak yang dimiliki anak dari kedua orang tua tetap harus terjaga.

  1. Bantu anak untuk mengekspresikan emosi

Ketika seorang anak merasa sedih, kecewa, dan taku atas apa yang telah terjadi. Berikan kesempatan pada anak untuk mengungkapkan perasaan terseut. Jangan membatasi dengan berkata “jangan khawatir, semua akan baik-baik saja”, hal tersebut membuat anak merasa bahwa orang tua tidak memahami kesedihan yang dirasakannya.

Ajak anak untuk berbicara mengenai perasaannya, katakana bahwa ia boleh menangis atau marah, namun akhiri dengan mengucapkan hal-hal seperti orang tua akan tetap berada di sampingnya dan tidak akan meninggalkannya.

  1. Buat jadwal yang konsisten untuk bertemu dengan anak

Saat terjadi perceraian, maka terdapat masa transisi. Dari yang awalnya semua berjalan secara Bersama-sama, sekarang hal tersebut susah untuk didapat. Orang tua dapat menjelaskan jadwal berkunjung, denga siapa ia akan tinggal, dan bagaimana ia pulang-pergi sekolah. Anak akan merasa kaget dan bingung dengan berubahnya keadaan, namun dengan penjelasan yang diberikan dengan hati-hati, maka akan mudah dimengerti dan dipahami oleh anak.

  1. Menjadi pendengar yang baik

Untuk menjag kepercyaan diri pada anak adalah menjadi pendengar yang baik, karena saat itu perasaan anak akan dipenuhi dengan kesedihan, marah, dan kekecewaan, dan sulit untuk diungkapkan.

Jika anak sudah berusia reaja saat ercerai, orang tua dapat memantu dengan mendengarkan curhatan agar stress yang dialami anak dapat berkurang.

  1. Memberikan pengertian sederhana

Memberikan pengertin sederhana mengenai alas an perceraian, jelaskan sesuai dengan usia anak. Jika alas an erceraian ditutup-tutupi, anak akan menyalahkan diri sendiri karena ia merasa alasan perceraian kedua orang tuanya adalah dirinya.

  1. Perhatikan perubahan perilaku pada anak

Pada kondisi ini, seorang anak akan sulit untuk mengungkapkan perasaannya. Ia akan cenderung untuk menyembunyikan karena tidak mau membebani orang tua.

Halaman:

Tags

Terkini

Tips Mengatasi Speech Delay pada Anak

Minggu, 30 November 2025 | 23:31 WIB

10 Hal yang Kamu Warisi Dari Ibumu Secara Genetik

Kamis, 20 Maret 2025 | 18:00 WIB