SURATDOKTER.com - Di tengah gemuruh modernisasi, masih ada sosok-sosok sederhana yang terus melestarikan kearifan lokal dalam menjaga kesehatan.
Salah satunya adalah mbok jamu keliling, perempuan penjual jamu tradisional yang berjalan kaki dari rumah ke rumah sambil membawa aneka ramuan herbal di dalam botol.
Dengan pikulan bambu atau keranjang rotan, mereka tak hanya menawarkan minuman penyegar, tetapi juga warisan pengobatan alami yang telah diwariskan secara turun-temurun.
Baca Juga: Efek Samping Obat Herbal yang Jarang Dibahas: Amankah Jamu Zaman Now?
Mbok jamu bukan sekadar pedagang kaki lima. Mereka adalah simbol dari sistem pengobatan tradisional Indonesia yang telah dikenal sejak ratusan tahun lalu.
Penampilan mereka pun khas: mengenakan kebaya atau baju tradisional lengkap dengan kain batik, seolah menegaskan bahwa yang mereka bawa bukan sekadar barang dagangan, tetapi bagian dari identitas budaya bangsa.
Racikan Alami yang Turun-Temurun
Jamu yang mereka tawarkan bukan produk pabrik, melainkan hasil racikan tangan sendiri. Resepnya diwarisi dari ibu atau nenek, dan dibuat menggunakan bahan-bahan alami yang mudah ditemukan di sekitar, seperti kunyit, jahe, kencur, temulawak, sambiloto, dan daun sirih.
Tanpa tambahan bahan kimia sintetis, jamu dianggap lebih aman bagi tubuh karena minim efek samping jika digunakan dengan tepat.
Jenis jamu yang dijual oleh mbok jamu biasanya bervariasi, tergantung kebutuhan pelanggan. Misalnya, beras kencur sering diminum untuk mengatasi pegal linu dan meningkatkan energi.
Kunyit asam dikenal bermanfaat bagi perempuan karena membantu meredakan nyeri haid dan menyegarkan tubuh. Sementara temulawak sering diminum untuk menjaga fungsi hati dan pencernaan.
Ada pula jamu pahitan, yang walaupun rasanya getir, dipercaya mampu membantu detoksifikasi tubuh dan mengatasi masalah jerawat serta gatal-gatal.
Interaksi Personal dan Peran Sosial
Hal yang membuat mbok jamu berbeda dengan pedagang lain adalah hubungan personal yang mereka bangun dengan para pelanggan.